Keganjilan yang dirasakan Karina berlanjut hingga hari-hari berikutnya. Begitupun pagi ini. Cewek itu sudah lemas karena perutnya belum terisi apapun tapi dorongan mual diperutnya tak bisa dikendalikan.
"Kayaknya iya, deh."
"Iya gimana maksud lo?"
Karina menatap gusar Jeriko. Dengan punggung berbaring lemah di kasur kamar apartemen. "Malam itu, Jer. Pas kita balik dari rumah Mama."
Jeriko langsung mengerti tanpa dijelaskan lebih jauh. "Yang pas kita minum-minum?"
Anggukan Karina membuat Jeriko mematung seketika lantas meringis. Tanpa bisa dicegah, ingatan samar-samar tentang malam itu membayangi kepalanya.
Bagaimana mereka berakhir tak sadarkan diri dibawah pengaruh alkohol dan melakukan sesuatu yang tak semestinya di lakukan ketika dalam keadaan tak sadar.
Kulit bersentuhan dengan kulit. Pakaian tertanggalkan dengan sempurna. Rambut kusut, jejak merah pada kulit yang meremang, rasa panas, hangat dan basah yang melebur jadi satu.
Sesuatu yang tak seharusnya terjadi pun terpaksa terjadi. Lonjakan gairah dan kebutuhan yang sama-sama mendesak untuk disalurkan. Menuntun keduanya pada malam panjang. Lenguhan bersahutan dalam keintiman yang terhubung antara satu sama lain.
Meledak tanpa kendali dan mungkin tak cukup hanya satu kali.
Jangankan berpikir untuk main aman, Jeriko bahkan tak bisa mengingat siapa namanya saat hal itu berlangsung. Segalanya terlanjur kelabu dan amat memusingkan.
Hingga apa yang bisa mereka temukan di pagi berikutnya adalah kepala yang berat, sprei kusut, tubuh letih dan selimut yang tak cukup mampu menutupi tubuh mereka yang tak terbalut sehelai kainpun di atas ranjang.
"Jer,"
"Hm?"
Wajah Karina kian memucat. Dia duduk ditepi kasur dan meletakkan 3 buah test pack didekat Jeriko. "Positif."
"Hah?"
Karina meremas tangan, lalu menelan saliva sebelum berkata lagi dengan suara amat lirih dan gelisah. "Positif, Jer."
"Oh."
"Kok.. cuma, oh?!"
"Terus? Lo ngarep gue bereaksi gimana?"
"KENAPA LO KELIHATAN SANTAI BANGET?!"
"Ya udah. Terus kenapa?" Jeriko bahkan terlihat lebih tertarik dengan corn dog di tangannya daripada wajah pucat pasi Karina.
"POSITIF JER HASILNYA POSITIF!" Karina memekik. Lantas mendesis tajam dengan tatapan super garang. "Gue hamil.."
"Wah, selamat ya."
"WAH SELAMAT GUNDULMU! INI SEMUA GARA-GARA LO!"
"Kok gue?"
"GAUSAH BERLAGAK BEGO!"
Jeriko terkikik. "Bukan gue doang loh, kan bikinnya bareng kita."
"JERIKO!" Karina mau nangis saja.
"Yaudah."
"Yaudah gimana?!"
"Kita nikah." Jeriko nyengir.
"Ta-tapi.."
"TAPI?!" Kini gantian Jeriko yang memekik dengan mata melotot dramatis. "Lo udah bunting begini?! Dan masih bilang tapi??!"
"Mama.. gimana?" Karina bertanya takut-takut.
"Mama kayaknya bakal gelar tumpengan massal kalau tau bakal punya cucu dari lo." Jeriko melahap corn dog sekaligus, melampiaskan kekesalan. "Lo sadar nggak sesuka apa Yasmin ama lo? Karena cuma lo satu-satunya orang yang bisa bikin gue ama dia baikan sampai hari ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
I Wuf You ✓
Romance[ Book II ] Kelanjutan cerita Nareshwara dan Winter Cassandra dari book sebelumnya yang berjudul Winter.