Setelah berminggu-minggu berlalu, mereka lost-contact. Keduanya sama-sama hidup dalam kehampaan yang menyiksa.
Kebenaran belum sepenuhnya terungkap. Tapi Naresh terlanjur diserbu kekecewaan mendalam. Sementara Winter terbelenggu oleh rasa bersalah yang begitu menyiksa.
Nyaris setiap malam dia menangis. Tapi dunia akan tetap berjalan sekalipun dirimu terpuruk. Ia jadi selalu jatuh tertidur ditengah tugas yang belum dirampungkan.
Sementara diwaktu yang sama namun ditempat berbeda. Naresh berlomba menyiksa dirinya sendiri. Dia menyesap berpak-pak rokok tanpa peduli pada paru-parunya yang telah rusak.
Beberapa kali ditemukan pingsan di trotoar jalan dalam keadaan mabuk berat. Meracau sambil menangis sesenggukan yang selalu sukses bikin teman-temannya prihatin.
"Udah kayak duda abis ditinggal mati isterinya aja njir." Reksa, kawan penghuni kosan sekaligus teman Naresh berdecak.
"Tonjok aja lah biar pingsan terus tidur tuh bocah. Miris gue liatnya." Faris memberi saran saat Naresh kini meringkuk sambil tersedu-sedu.
"Cassie.." rintihnya. Reksa sigap menyentak tangannya yang hendak meraih pulpen untuk menusuk matanya sendiri. "Ck, luka lo yang kemarin aja belum sembuh bego!"
"Gak tega gua." Zayn melirik Reksa cemas. "Lo aja deh, Sa."
"Napa jadi gue?!" Reksa melotot, tak lupa kakinya mendorong perut Naresh agar tak jatuh dari kasurnya.
"Alah kelamaan!" Faris bangkit lalu meralisasikan kata-katanya sendiri.
Naresh bahkan sempat berantem gede sama Juna karena Juna membuang rokok dan birnya agar Naresh berhenti.
"Kalau lo mau mati gak gitu caranya anjing!" Juna berteriak ditengah adu jotos mereka. "Cuma gara-gara cewek lo jadi goblok?! Sadar! Apa yang lo lakuin cuma ngerugiin diri lo sendiri kontol!!"
"GUE GAK BUTUH CERAMAH LO!!" Naresh kembali meninju rahang Juna sampai tersungkur di lantai. "LO GAK AKAN NGERTI APA YANG GUE RASAIN!! BERHENTI IKUT CAMPUR BANGSAT!!!"
"Apa yang gak gue ngerti?! Itu cuma masalah dia setia apa nggak! Kalau dia udah berani tidur sama cowok lain! Lo itu udah nggak ada artinya goblok! Lepasin dia! Jangan malah nyiksa diri sendiri!"
Setelah hari itu, Naresh nggak pernah bisa benar-benar tidur. Setiap matanya terbuka, bayangan kekecewaan itu kembali menyesaki dadanya.
Demi menepis rasa sakit, Naresh mengambil langkah gila agar bisa terlelap tanpa gangguan. Juna tak tahu soal itu jadi tak bisa menghentikan.
Naresh menjalani hari-harinya seperti orang depresi berat. Tatapannya kosong. Sering melamun dan mengurung diri di kamar sepanjang hari. Entah tidur atau begadang main game sampai pagi.
Di sisi lain, Winter mencoba menurunkan egonya. Dia mengaku ini salahnya karena nggak menjelaskan pada Naresh sebelumnya. Wajar dia salah paham dengan keberadaan Niko. Meskipun kata-kata yang cowok itu lontarkan kala itu, masih membekas dan pedih jika teringat.
Naresh memang bisa jahat banget mulutnya kalau lagi emosi.
Maka, disela waktu yang dia punya. Winter gantian mengunjungi Naresh. Dia sempat berpapasan dengan Juna yang terlihat kaget melihatnya dikosan. Tapi dari apa yang Winter tangkap, tak ada respon ramah dari cowok itu. Ia hanya berlalu tanpa menyapa. Seolah Juna ikut kecewa padanya.
Winter mengetuk. Tapi pintunya ternyata nggak dikunci. "Halo.." Kos nya benar benar kotor. Sampah makanan instan, kaleng bir dan bungkus rokok bertebaran dimana-mana.
"Naresh?" Panggil Winter seraya berjalan masuk. Ternyata Naresh tidur di kamarnya. Kamarnya tak kalah kacau. Pakaian, kertas dan modul berserakan. Laptop masih menyala, menampilkan tugas yang belum diselesaikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Wuf You ✓
Romance[ Book II ] Kelanjutan cerita Nareshwara dan Winter Cassandra dari book sebelumnya yang berjudul Winter.