warning : mature content.
*
Naresh menarik koper kecil Winter dan menempelkan access card pada pintu sampai terbuka. Winter mengekori dengan riang. Dia sudah nggak murung lagi bahkan nggak berhenti ngoceh. Naresh lega melihatnya.
Winter berdecak kagum saat melihat interior apartemen. Ia ikut duduk saat Naresh merebahkan diri di sofa empuk. Winter mengangkat kepala Naresh lalu ditaruh dipangkuan. Lelaki itu memejam, menikmati usapan dikepalanya.
"Capek?"
"Hmm."
"Bersih-bersih, yuk, abis itu kita istirahat. Atau makan dulu kali ya. Kamu laper nggak?"
"Bentar." erang Naresh masih dengan mata memejam. "Capek banget ya ternyata, haduh. Kita nikah sekali ini aja deh, Cassie. Gak sanggup aku kalau lagi-lagi."
"Ya emang mau berapa kali coba?"
Winter tersenyum geli, beralih memijat bagian dahi lalu turun ke pipi Naresh. Di uyel-uyel gemas sampai si pemilik terkekeh. "Yaiya, sih. Sama kamu doang." kekehnya.
"Lucunya." Winter memencet mencet pipi Naresh yang empuk dan lembut. "Mandi gih, habis itu tidur."
"Tidur aja?" goda Naresh.
"Ya emang mau ngapain kalau nggak tidur?" Winter tertawa meski dalam hati ketar-ketir.
Naresh membuka mata untuk menatap seseorang yang kini telah berstatus jadi istrinya seraya tersenyum. Tangannya terangkat, ujung jarinya menelusuri tepi wajah Winter perlahan. Seolah sedang menyentuh porselen rapuh.
"Kok cantik gini?"
"Jadi kemarin-kemarin enggak?"
"Ya cantik."
"Ck, kalau gue nggak cantik mana mungkin lo mau nikahin."
Mendengar jawabannya, Naresh tertawa gemas. "Kita tinggal disini sampai berapa hari, sih?"
"Sampai rumah baru kita kelar diberesin."
"Lama nggak sih, babe?"
"Entah. Paling seminggu? atau kurang dari seminggu?" Naresh menatap langit-langit apartemen. "Disini nyaman kok. Kamu nggak seneng disini?"
"Nggak gitu. Aku cuma bawa baju dikit soalnya."
Naresh menggulirkan bola matanya pada Winter seraya menjilat bibir bawahnya. "Nggak masalah, lagian disini nanti kita nggak begitu butuh baju."
Winter merotasi bola mata, jelas paham arti kalimat barusan. "Merinding deh."
Naresh tergelak seraya bangkit. "Aku mau mandi dulu. Kamu lihat-lihat aja kamarnya atau ngapain gitu. Em, sama minta tolong cas in Hp-ku ya. Dari kemarin nggak aku cek soalnya."
"Okay." Winter menarik tasnya mendekat dan menghubungkan ponsel Naresh ke pengisi daya. "Butuh sesuatu yang lain lagi?"
"Enggak, Sayang."
Naresh menghilang usai mengatakannya. Sembari menunggu Naresh mandi, Winter membuka koper dan mengambil pizza beku dari sana. Serius, dia pengen banget makan itu dari kapan hari tapi belum kesampaian.
Winter jalan ke dapur, terus memasukkan pizza tadi ke dalam microwave. Winter juga bikin 2 teh hangat disebuah mug.
Nggak butuh waktu lama, pizza itu matang. Winter makan sendirian sambil berbalas pesan grub dengan Gisel, Nata dan Karina. Entah kenapa Gisel terus spam emoji bulan gosong di grub itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Wuf You ✓
Romansa[ Book II ] Kelanjutan cerita Nareshwara dan Winter Cassandra dari book sebelumnya yang berjudul Winter.