Setelah pernikahan, mereka nggak bulan madu kemana-mana. Karena ya memang, sebagai sesama budak korporat keduanya nggak diberi jatah cuti panjang yang mengharuskan mereka kembali ke rutinitas awal.
Di tahun pertama pernikahan, keduanya sepakat menunda punya anak yang mana hal itu justru berlanjut hingga tahun berikutnya. Selain karena masih ingin menghabiskan waktu berdua saja juga karena mereka merasa perlu belajar terkait parenting dan hal-hal lain yang mesti dipersiapkan jika mereka berniat punya momongan.
Hari ini, Winter libur. Sementara Naresh masih di kantor. Mungkin satu jam lagi dia bakal pulang.
Selama dua tahun berjalan, bukan berarti segalanya mulus-mulus saja. Winter juga masih sering kok berantem sampai diem dieman sama Naresh. Yang seringnya sih hanya karena masalah sepele.
Seperti, Naresh yang mendadak ngomel-ngomel nggak jelas karena sesuatu. Atau Winter yang kesal gara-gara Naresh sering banget janjian buat makan bareng dirumah tapi dia justru pulang larut malam ketika Winter sudah tertidur duluan.
Itu juga sih yang jadi alasan kenapa mereka menunda punya anak. Mereka masih merasa perlu belajar menurunkan ego, mengontrol emosi dan belajar mengerti satu sama lain.
Serius, itu nggak mudah.
Mereka mungkin merasa segalanya bakal berjalan sesuai planning. Tapi, tetap saja lika-liku kehidupan setelah menikah itu nggak seindah film romansa yang sering mereka tonton.
Tapi, Winter rasa, segalanya bisa dihadapi selagi mereka masih bersama.
Winter akui, Naresh tuh sabaaar banget orangnya. Dia juga pengertian, meski ya kadang tingkahnya kayak anak kecil. Manja banget dan masih suka caper nggak jelas.
Padahal siapa juga yang bakal merampas perhatian Winter dari dia coba? Mereka saja hanya tinggal berdua.
Naresh nggak pernah lagi bentak Winter, sekalipun lagi emosi banget apalagi main tangan. Tapi omongannya tuh, pedes dan menusuk banget ke hati.
Apalagi kalau dia lagi dalam mode 'don't disturb'. Omongannya sanggup bikin Winter mengelus dada berkali-kali. Persis sewaktu jaman kuliah dulu. Tapi sekarang lelaki itu lebih dewasa.
Tapi kayaknya, Winter lebih baik lihat Naresh merepet panjang-lebar daripada dia diam seribu bahasa. Sebab, Naresh juga hobi men-silent treatment dirinya saat lagi berantem.
Dengan setelan santai, kaosan oversize sama celana bahan kain, Winter keluar buat cari tukang sayur.
Biasanya sore-sore gitu, mamang-mamang kang sayur suka keliling kesekitar rumahnya.
Ternyata betulan, mobil pick-up kang sayur itu lewat nggak ada 5 menit kemudian. Winter melambai, bikin si mamang mendekat. Kebetulan juga ada ibu-ibu berdaster yang juga menanti dan ikut beli disana.
Winter berniat beli sayur buat bikin sop, daging ayam dan beberapa bahan masakan lainnya. Selama ini, dia sudah belajar masak disela kesibukan. Dari YouTube atau Naresh yang ngajarin.
"Eh, itu bukannya penghuni rumah nomor 57 ya, Bu?" Salah satu Ibu-ibu disana berbisik-bisik yang mana terlalu keras untuk Winter dengar.
"Iya yang rumahnya sepi banget itu." Balas Ibu daster ungu.
"Ya jelas sepi lah orang nggak ada anak kecilnya!" Ibu berambut keriting ikut menyindir dengan suara cempreng.
Winter asik memilih timun, seolah nggak terganggu, tapi dia mendengar semuanya.
"Udah hampir 2 tahun loh, masa nggak isi?" Ibu berbadan gemuk yang jadi pemicu ghibah tadi kembali bersuara. "Apa jangan-jangan selingkuhan ya, Bu?"
Dalam hati Winter memekik; anjir emang muka gue ini pelakor-able apa yak sampe dikira selingkuhan?
KAMU SEDANG MEMBACA
I Wuf You ✓
Storie d'amore[ Book II ] Kelanjutan cerita Nareshwara dan Winter Cassandra dari book sebelumnya yang berjudul Winter.