Usai mengetik balasan yang mana hanya dibaca oleh Naresh, Winter meletakkan ponselnya. Kedua tungkainya yang terlapisi sepasang sandal bulu warna cokelat berayun riang ke dapur.
Rumah ini sangat luas dan kelewat besar untuk ditinggali berdua saja dengan Naresh. Membuatnya jadi sangat sepi saat Winter sendirian tanpa Naresh. Guna memecah hening, Winter sengaja menyalakan TV ruang tengah dengan volume lumayan keras.
Winter menaruh gelas yang telah diisi kopi sachet kesukaan Naresh. Winter menggeser badan sedikit sampai cukup dekat dengan kulkas. Mencari susu karton disana. Dia membungkuk sejenak lantas mengambilnya.
Sedari dulu sampai sekarang Naresh masih suka banget sama kopi. Sampai kayak sehari saja nggak minum kopi tuh, dia bisa uring-uringan.
Mana seleranya tuh ekstrim banget. Ibarat kopi racikan Naresh tuh kalau di suguhkan ke Genderuwo, pasti Genderuwo nya lebih memilih bilang lagi puasa.
Winter sampai gedeg banget bilangin. Sampai-sampai nih, Winter beberapa kali ngumpetin itu kopi sampai ber renteng renteng biar Naresh nggak bisa menyeduhnya.
"Kopiku habis, ya?"
"Hng.. nggak tau. Di etalase emang nggak ada?"
"Nggak ada. Udah aku ubek-ubek dari tadi. Masa habis sih? Perasaan aku beli banyak, deh."
Winter tetap berpura-pura nggak tahu dan berkelit bahwa mungkin saja kopinya memang sudah habis. Awal-awal Naresh nggak curiga sama sekali. Dan rencana Winter berhasil buat mengelabuhinya.
Beberapa hari setelahnya, Naresh nggak ngopi dan Winter sengaja membuatkannya teh atau minuman lain sebagai pengganti.
Meski ya, kalau pulang dari kantor dia masih kerap menenteng minuman berlogo putri duyung, yang setiap kali Winter iseng mencicipinya selalu berakhir disemburkan lagi karena rasanya yang senyelekit cocot netizen.
Hal itu berlanjut sampai ke bulan-bulan berikutnya. Hingga di suatu pagi, usai malamnya melakukan aktivitas yang lazim dilakukan sepasang suami-istri, Winter terjaga sendirian dikasurnya.
Naresh selalu bangun duluan. Winter menyusul turun dan menemukan lelaki itu berada di dapur dengan celana pendek tanpa atasan, alias shirtless.
Winter mendekat hanya untuk disuguhkan pemandangan punggung tegap nan lebar yang membelakanginya. "Lagi apa?"
"Kopi."
"Oh."
"Tinggal 3 sachet. Padahal pas belanja bulanan sama kamu kemarin aku beli tiga renteng."
Winter hanya mengangkat bahu. Naresh berbalik menghadapnya dengan sorot penuh selidik. Lantas sebuah tuduhan mentah terlontar begitu saja. "Kamu umpetin ya?"
"Nggak."
"Yang bener?" Naresh menyesap cangkirnya dengan ekspresi tak yakin. "Hilangnya misterius banget. Diambil tikus nggak mungkin. Setan Apalagi. Ngapain setan nyuri kopi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
I Wuf You ✓
Romance[ Book II ] Kelanjutan cerita Nareshwara dan Winter Cassandra dari book sebelumnya yang berjudul Winter.