Winter baru selesai mengecek beberapa resep di iPad dan pilihannya jatuh pada satu menu. Waktu dia ngecek ke dapur, bahan-bahan yang dia butuhkan ternyata lagi habis. Terpaksa Winter mesti keluar buat beli dulu.
Winter menaruh iPad nya ke meja lantas menuju ke kamar buat mengambil kunci mobil, dompet dan ganti baju. Habis turun dia nggak langsung ke garasi, melainkan melipir ke belakang mencari Ana.
Ternyata ART nya itu lagi menyapu tepi kolam yang terdapat dedaunan kering disana.
"Mbak An, saya mau belanja bahan roti dulu. Dan kayaknya agak lama. Aran lagi tidur, mbak ke atas ya. Tolong temenin dia. Soalnya Aran kalau bangun trus nggak ada orang suka kesel."
"Oh, iya, Bu. Saya akan ke kamar den Aran."
Winter tersenyum. "Oke, makasih. Saya pergi dulu."
"Iya, Bu."
"Kalau ada apa-apa langsung telepon saya."
"Baik."
Winter bergegas menuju mobilnya terus berangkat ke supermarket. Bukan tanpa alasan Winter berpesan begitu ke Ana. Ana pun kayaknya juga sudah hafal sama tabiat Aran sejak kecil.
Aran tuh nggak suka ditinggal. Terus kalau bangun tidur, dia harus ngelihat orang lain. Entah Papanya, Mamanya atau siapalah yang menandakan kalau dia nggak sendirian. Kalau nggak, Aran bakal bete seharian terus ngambek.
Betulan, waktu belanja Winter memakan waktu lama. Ditambah macetnya jalanan ibukota.
Sementara dirumah, menjelang sore Aran bangun. Dia mengucek mata dan mengedarkan pandangan ke sekeliling kamar. Dilihatnya Ana lagi mendorong vacum cleaner ke atas permukaan karpet bulu.
"Eh, aden ganteng udah bangun." sapa Ana ramah seperti biasa.
"Mama mana?" Aran bertanya dengan suara lirih dan serak. Kedua kakinya kini menjuntai kebawah, ditepi ranjang. Menatap pergerakan vacum cleaner dibawah kakinya.
"Oh, mamanya aden lagi ke supermarket beli bahan roti. Aden sama mbak dulu dirumah ya."
Aran menggulingkan dirinya lagi ke kasur dengan cara yang lucu, ditambah bibirnya yang kini manyun mendengar ibunya pergi. Bikin Ana gemas sendiri. "Mama lama nggak?"
"Enggak, aden. Sebentar lagi pasti pulang. Ditunggu aja, aden bisa main dulu atau mandi."
Aran turun dari kasurnya lalu berjalan keluar kamar. Ana mengikutinya tanpa banyak cakap. Langkah Aran terhenti di dapur. Ana segera menghampirinya saat Aran menunjuk-nunjuk etalase atas.
"Aden mau apa?"
"Milo."
Ana sigap mengambilkannya. "Oh, milo. Sebentar mbak buatkan ya. Aden duduk aja dikursi, nanti mbak kasihin ke sana."
Aran yang tadinya berniat melakukan sesuatu, kini menurut saja terus duduk di atas kursi bundar yang menghadap langsung ke kitchen bar. Melipat lengan di atas meja lalu menaruh dagunya disana. Menonton Ana yang lagi meracik susu untuknya.
"Ini, milo hangat spesial buat aden Aran yang paling ganteng." Ana menampilkan ekspresi ceria.
Aran senyum dikit. "Terimakasih."
"Sama-sama, aden. Minumnya pelan-pelan ya."
Aran mengangguk dengan bibir gelas kini tertempel dibibirnya.
"Mbak mau?" Aran berbaik hati menawarkan yang direspon gelengan oleh Ana.
"Buat aden aja, itu kan punya aden."
Habis menandaskan segelas susu, Aran main-main ke taman samping. Kasih makan ikan, jalan bolak-balik di atas jembatan kecil, nyanyi-nyanyi terus ngacir lagi ke kamar ambil mobil mobilan buat dimainkan di gazebo.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Wuf You ✓
Romantiek[ Book II ] Kelanjutan cerita Nareshwara dan Winter Cassandra dari book sebelumnya yang berjudul Winter.