"Mau melon?"
"Boleh."
"Pengen sesuatu yang lain lagi nggak?"
Naresh mendorong troli belanjaan mereka sambil meneruskan langkah melewati beberapa rak berisi buah-buahan segar. Winter disebelah kirinya, melingkarkan lengannya di lengan Naresh, berjalan sambil melihat-lihat sekitar.
Ketika menjelang pukul 7 malam, keduanya belanja di swalayan. Tadinya Naresh sudah melarang Winter buat ikut serta, karena kondisinya yang.. yah sedikit bikin Naresh khawatir.
Tapi seperti biasa, perempuan itu enggan menurut dan ngotot ikut.
"Ada, sih."
"Apa?" Naresh berhenti sejenak saat melihat sesuatu yang menarik perhatiannya. Winter turut berhenti. "Puding?"
Sebuah piring persegi berisi dua puding berwarna putih bentuk kelinci yang terbungkus plastik diambil Naresh. "Lucu nih bentuknya. Mau?"
Winter menipiskan bibir ragu. "Kalau bentuknya gini, aku jadi nggak tega makan."
Naresh tertawa pelan, lalu menaruh 4 ke dalam troli. "Yaudah aku aja yang makan." Nggak sepenuhnya gitu juga sih. Lagian Naresh juga nggak suka puding. Tapi kalau Naresh memakannya, pasti Winter bakal minta nanti.
"Tadi kamu pengen apa?" Naresh kembali bertanya saat mereka meneruskan langkah. Kondisi swalayan hari ini, entahlah, cukup lengang. Dan itu bagus.
"Pengen itu.." Naresh mengikuti arah telunjuk Winter. Lantas mengreyit.
"Mau eskrim?"
"Bukan eskrim." Winter berdecak, terus menunjuk ke arah yang sama. "Yang depannya itu loh, di jejer jejer ada mbak nya seragam merah." Naresh menyipitkan mata, penglihatannya tak lagi senormal dulu setelah kecelakaan beberapa tahun lalu.
"Bentar-" Setelah upaya keras, Naresh akhirnya bisa mengetahui apa yang dimaksud Winter. "Oh." Otaknya mencerna, lalu berpaling ke Winter. "Yang lain aja gimana? Makanan itu pasti pedes."
Winter manyun dan seperti biasa dia bakal berubah licik dengan memasang wajah memelas yang bikin Naresh terkesan jadi suami super jahat jika menolak permintaannya. "Sekaliii aja, ya?"
"Plis.." Kini Naresh yang ganti memohon padanya. Sebab, jika ia mengomel itu tak merubah apapun malah bikin Winter berakhir ngambek padanya. "Nanti perutmu kenapa-napa lho kalau makan itu. Minta yang lain aja, ya?"
"Tapi pengennya itu."
"Diganti yang lain."
"Yaudah."
Celaka.
"Gak jadi."
Itu terdengar lebih buruk.
Naresh menelan saliva panik. Hawa disekitarnya berubah dingin dan mencekam saat Winter memilih mengatupkan bibir rapat-rapat. Bahkan lengannya kini tak lagi melingkari lengan Naresh. Wajahnya ditekuk kesal.
"Yaudah, iya. Kita beli sekarang."
Winter melirik sewot. "Mending gak usah kalau nggak ikhlas."
Suaranya lebih menusuk dan tajam dari lirikan matanya. Naresh memilih nggak menjawab. Lalu mendekati stan yang berjualan makanan ala korea tadi. Dalam sekali lihat saja, Naresh bisa merasakan sensasi membakar lidah saking mencoloknya warna dan tampilan makanan itu.
Winter nggak lagi ada disebelahnya, dia mendorong troli menjauh dan pura-pura memilih sayuran.
Ya. Naresh tahu dia hanya sok ngambek saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Wuf You ✓
Romance[ Book II ] Kelanjutan cerita Nareshwara dan Winter Cassandra dari book sebelumnya yang berjudul Winter.