4 | surprise

2.3K 260 50
                                    

Winter berjalan sempoyongan di koridor kampusnya. Dia masih punya jadwal kelas satu lagi, tapi rasa pusing dan lemas ditubuhnya nggak bisa dikondisikan.

Sudah 3 hari Winter merasa nggak enak badan. Hari ini sebenarnya dia masih demam tapi memaksa diri berangkat ke kampus.

Ponselnya meluncur jatuh ke lantai. Pandangannya mulai berkunang. Dia ingin menelpon Erika untuk minta tebengan tapi ponsel itu justru jatuh karena tangannya lemah.

Winter meringis menahan denyutan di kepalanya saat hendak membungkuk. Sekelilingnya terasa berputar. Saat Winter nyaris kehilangan kesadaran, tiba-tiba sebuah tangan menahan kedua lengannya.

"Winter? You okay?"

Winter membuka mata dan mengerjap pelan. Dia berusaha mengenali wajah orang itu yang kini turut memungut ponselnya dan diberikan ke Winter. "Hp lo."

"Makasih, Niko." Winter berdiri pelan-pelan dan mencoba menstabilkan penglihatan yang sempat menggelap.

Niko berjalan disebelahnya, mengamati wajahnya yang nampak lesu dan pucat. "Lo sakit, Ter?"

"Cuma pusing sedikit. Nanti juga baikan."

"Jangan dipaksain, gue anterin balik yuk."

"Gue masih ada kelas-" Niko sigap memegangi kedua lengannya lagi saat Winter oleng dan nyaris ambruk. "Aduh."

"Tuh, mending lo balik sama gue. Ujung-ujungnya lo juga nggak akan konsen dikelas kalau maksain diri dalam keadaan sakit begini."

Akhirnya, Winter menyetujui saran Niko. Tubuhnya semakin lemas nggak bertenaga. Winter juga nggak sarapan pagi ini, sebab makanan yang ia telan berakhir di kloset.

Selama Winter sakit, Niko kerap menjenguknya. Dia sigap membelikan semua keperluan Winter bahkan bantu merampungkan tugasnya tanpa keberatan. Winter nggak merasa terancam dengan keberadaannya karena ada Erika juga disana.

Erika menemaninya selama sakit bahkan tidur disana. Membuat Winter nggak merasa sendirian.

"Lo yakin cuma masuk angin?" Erika meraba dahi Winter yang berkeringat dingin. Winter mengangguk pelan, lalu meneguk air putih dengan wajah lemas.

"Hm-mh."

"Nggak karena yang lain?" Erika bertanya penuh makna. Winter yang langsung konek kemana arah pertanyaan cewek itu segera berdecak. "Lo nuduh gue aneh-aneh karena barusan muntah?"

"Ya.. entahlah." Erika nyengir.

Winter menyisir rambutnya yang kusut dengan jari-jari. "Gue cuma kecapean. Bukan karena hal lain."

"Yakin?"

"Kenapa juga harus nggak yakin."

"Lo udah dapet belum?"

Winter melotot garang. "ERIKA GUE NGGAK HAMIL YA!"

"Lah? Emang gue bilang lo hamil?" Erika tersenyum dengan bibir dikulum. "Hmm, mencurigakan nih."

"..  belum sih bulan ini." Nggak bisa dipungkiri, Winter jadi kepikiran. Meski dia juga nggak merasa melakukan hal yang aneh-aneh. "Gausah ngaco deh!"

I Wuf You  ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang