Sepulang dari makam, Jeriko mengunci mulutnya rapat-rapat.
Karina di diemin sepanjang jalan bahkan sampai mereka tiba di unit apartemen lelaki itu. Karina sudah nggak asing dengan tempat itu. Sebab, hitungannya dia juga cukup sering menghabiskan malam disana bersama Jeriko. Ketika melepas kangen waktu LDR.
Ngapain?
Ya.. melakukan aktivitas yang menyenangkan lah.
Waktu pertama kali tahu Jeriko punya apartmen ini, tepatnya 2,5 tahun lalu, Karina sempat tercengang. Waktu itu Jeriko belum berangkat ke Brisbane. Jeriko minta bertemu sebentar yang mana membantu Karina langsung caw dari Singapura dan memenuhi permintaan lelaki itu.
"Lo punya apartmen?" Tanyanya kala itu yang dijawab anggukan oleh Jeriko.
"Tadinya sih nggak, tapi sekarang iya." Ucap Jeriko. "Gue iseng lihat-lihat apartmen dengan view bagus disini. Trus gak sengaja kepencet. Yaudah, beli sekalian aja."
Jawabannya sungguhan kelewatan santai padahal harga apartment yang lebih mirip penthouse karena terlalu luas dan mewah ini sanggup bikin ginjal para rakyat jelata menjerit seketika.
"Beli apartmen udah kayak beli somay aja."
Jeriko hanya tertawa menanggapinya.
Tapi hari ini Jeriko benar-benar diam dan kelihatan pundung gara-gara jawabannya tadi. Karina biarkan saja, nanti juga ngomong sendiri kalau dia sudah capek diam.
"Mau makan apa?"
Kan.
Walau tawarannya terdengar nggak ikhlas dan diucapkan dengan nada super nyolot. Belum lagi lirikan matanya yang berubah sadis, seolah Karina adalah musuh bebuyutannya.
"Pengen pasta." Karina menjawab santai sembari menyenderkan punggung ke kursi bantal empuk yang ada disana. Sepertinya baru karena waktu terakhir kali kesini benda itu belum ada. "Sama eskrim."
"Rasa?"
"Terserah."
"Gak ada rasa terserah." Jeriko nyolot.
"Cokelat."
Hening selama sekian menit.
"Jer, lo marah?"
Jeriko mengangkat wajah sejenak. Lantas mendengus. "Itu udah yang ke 19 kalinya, Darling."
Karina meringis. "Lo.. hitung?"
"Menurut lo?" Kedua pupilnya menyusut, wajahnya berubah mengerikan. "Gue harus ngapain lagi biar lo mau nerima lamaran gue?"
"Ya.. masa ngajakin nikah di kuburan."
Jeriko berdecak. "Lo udah gue lamar pake cara paling elit sampe yang paling murahan macem jamet fly over tetep aja lo tolak!"
"Apa perlu gue terjun dulu dari helikopter buat ngelamar lo?! Sambil bilang," Jeriko menarik napas dalam-dalam. "KONSONAN LANGIT YANG AKAN MENJADI SEBUAH TAKDIR CINTA KITA, MENJADIKAN HAMPARAN BAHWA SAKSI INI DETIK IN-"
"Jeriko, setop." Karina memotong cepat sebelum Jeriko meneruskan kalimat menggelikan itu dengan nada menggebu-gebu. "Seingat gue nama lo masih Jeriko Pratama dan belum ganti jadi Jeriko Prasetyo."
"Biarin." Jeriko sewot, sebelum berdehem singkat. "Diem, gue belum selesai ngomong--DETIK INI SECARA SINARAN ULTRAMEN--eh, bukan ultramen--bentar gue nyontek dulu."
"BODO AMAT JER! BODOOOOO!!!" Karina stress berat.
Jeriko lempar lagi Hp-nya. "Atau lo mau gue bikinin baliho segede gaban dengan gambar foto kita yang paling sensasional di pantai waktu itu di perempatan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
I Wuf You ✓
Romance[ Book II ] Kelanjutan cerita Nareshwara dan Winter Cassandra dari book sebelumnya yang berjudul Winter.