44 | closure

2.6K 192 58
                                    

Disebuah jalanan lengang jauh dari hiruk-pikuk kota, dua geng dari dua sekolah ternama nampak saling melempar makian dengan wajah bengis. Dua sekolah itu bermusuhan.

Mereka bersiap saling serang, namun berbeda dari puluhan anggota 2 geng itu, salah satu pemuda berjaket gelap justru menaiki motornya hendak meninggalkan kawasan yang sebentar lagi mungkin bakal jadi arena baku hantam.

"Ran! Lo balik?!"

"Jemput si Lara."

"Ah elah! Bucin elit jadian sulit!"

"Turun lo! Balik taik!"

"Kemarin udah." Aran nyengir. Terus memasang helm dikepala. Dia nyalakan mesin motornya, mencipta gerungan keras. Sukses menyedot atensi. Setelah itu melesat membelah kerumunan dua kubu yang memanas.

Aran sempat menaikkan kaca helm sejenak, memperlihatkan wajahnya. Mata cokelat terangnya menyapu kerumunan, menyorot wajah mereka satu-persatu.

Motornya dipelankan, setelah itu Aran mengacungkan jari tengahnya dengan seringai tengil, "Sempak lu kebalik tuh, Gas!" Kontan bikin kubu musuhnya memanas.

"Anjing lo Ran!"

"Aran balik nggak lo?!"

"Bajingan!"

"Ketuanya malah kabur bangsat! Balik sini lo banci!"

Setelah berhasil menyulut kubu musuhnya, Aran santai saja menarik gas dan melesat pergi tanpa rasa bersalah. 

Bukan menjemput Ailara, tapi pulang kerumah.

Deru mesin motornya terhenti usai memasuki sebuah halaman rumah mewah bertingkat. Motor trail merahnya terparkir disana.

Aran masih mengenakan seragam putih-abu--dirangkap jaket varsity. Dia melepas helm, terus mengacak-acak rambut ikalnya sebelum berdiam sejenak disana. 

Dengan perasaan girang, Aran melangkah memasuki rumahnya. Aroma harum kukis panggang menyapa penciuman.

Usai meletakkan helm, melepas jaket dan melempar tasnya secara asal ke sofa ruang tamu--Aran berlari menuju dapur.

"Mama!"

"Loh, udah pulang?"

Aran berhenti di ambang pintu. Membalas senyuman lembut perempuan yang kini dalam balutan celemek dapur. Dia baru mengangkat loyang panas dari oven. Mama hanya pakai baju terusan biasa, motif bunga lavender, rambut dicepol seadanya, tanpa pakai make-up, tapi cantiknya tumpah-tumpah kalau kata Papa.

Ya. Papa tak lebay sih kali ini. Mama selalu nampak cantik dan awet muda.

Beberapa tahun lalu, Aran sebetulnya enggan mengingat ini, soalnya selalu bikin Aran sedih brutal. Hampir 3 bulan pasca siuman dari koma, Mama tak bisa mengenalinya. 

"Kamu siapa, ya?"

"Ini Aran, Mama.."

"Aran?"

Mama juga hanya bisa duduk dikursi roda hampir setahun lamanya. Lumpuh sementara.

Tapi setelah menjalani terapi dan berbagai upaya penyembuhan, lihat? Sekarang Mama sudah pulih seperti sediakala.

Aran senang banyak-banyak deh.

Hehe.

"Biar aku aja, Ma." Aran mencegah saat Winter ancang-ancang mau mengangkat karung beras dari sudut ruangan. "Mama tuh gaboleh capek-capek tau. Kan ada aku disini."

Aran bersandar pada meja pantry usai memindahkan 4 karung beras tadi. Menonton Winter lagi mewadahkan kue dari loyang ke tempat lain.

"Mama cantik, deh."

I Wuf You  ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang