Tiga bulan kemudian, di akhir pekan juga tiba-tiba Naresh datang kerumah Winter tanpa bilang-bilang. Lalu mendadak mengajaknya jalan-jalan.
Winter nggak banyak bertanya dan mengiyakan saja ajakan Naresh. Mereka berdua naik motor karena Naresh bilang tempatnya nggak begitu jauh.
"Mendadak banget jalannya?" Winter mendekat ke bahu kiri Naresh lalu berkata.
"Nggak mendadak juga sebenarnya."
"Hah?????"
"Nggak mendadak." Naresh berteriak lebih keras karena Winter nggak mendengar suaranya dari belakang.
"Ohh!" Winter membalas. "Kita mau kemana, sih?"
"Nanti juga tau sendiri." Naresh tersenyum diakhir kalimat.
Hingga tak lama kemudian mereka tiba setelah sebelumnya melewati jalanan yang cukup terjal di daerah perkampungan. Motor Naresh terparkir ditempat parkir yang disediakan. Winter melepas helm yang langsung dibantu Naresh karena pengait helmnya cukup susah dicopot.
Naresh rapikan rambut Winter yang sedikit berantakan lantas menggandeng tangannya untuk jalan menuju tempat itu. Winter membaca sederet kata yang tertulis di sebuah papan kayu besar yang dipaku di pohon. "Oh, kita mau ke air terjun ya?"
"Hm-mh."
"Kamu udah pernah kesini sebelumnya?" Winter menuruni jalanan miring dengan hati-hati. Naresh berada didepan tanpa melepas tangan Winter darinya.
"Belum. Aku tau dari temen kantor. Tempatnya katanya bagus."
Setelah melalui jalanan menurun penuh batu dan licin karena sehari sebelumnya turun hujan, mereka tiba di tujuan. Winter menatap takjub pemandangan indah di hadapannya.
Sebuah air terjun yang mengalir deras diantara batuan besar dan pepohonan hijau nan rindang disekitarnya. Aliran airnya sangat deras dan berisik tapi entah kenapa, Winter menyukainya.
"Keren banget, Na!"
"Mau kesana?"
"Boleh?" Winter menatapnya ragu. Yang bikin Naresh akhirnya kembali menautkan tangan mereka dan berjalan menuju air terjun. "Kenapa nggak boleh? Kita kesini kan mau main air."
Winter tertawa girang lalu berjalan sambil tetap berpegangan pada Naresh.
Menit-menit berlalu begitu saja. Kini tubuh keduanya telah basah karena saling menyerang air satu sama lain. Kebetulan hanya ada mereka disana dan 2 pasangan paruh bayah yang berdiri melihat-lihat ditepian.
"Ih! Naresh udahan! Dingin!" rengek Winter tapi tak berhenti menyerang balik.
Naresh tergelak puas. Kini dia memandang air terjun besar itu dengan senyum terukir dibibir. Dia meraba sesuatu disaku celananya hanya untuk sekedar memastikan benda itu tak lupa ia bawa. Setelah itu dia menatap Winter yang masih asik mainan air sambil duduk di atas batu kecil.
Naresh berjalan mendekat. Tangannya terulur meraba rambut Winter yang basah kuyup. Perempuan itu mendongak, menatap Naresh sambil manyun. "Kalau tau bakal main air aku bawa baju ganti kesini."
"Gampang."
"Masa pulang basah-basahan kayak gini?"
"Nanti aku beliin ganti." Naresh menariknya berdiri. Winter menurut saja saat diajak berjalan mendekati air terjun. Embusan anginya terasa kuat dengan percikan air yang mengenai wajah karena hantaman air yang jatuh begitu deras.
"Mau masuk kesana nggak?"
"Eh? Emang bisa?"
"Bisa dong."
KAMU SEDANG MEMBACA
I Wuf You ✓
Romance[ Book II ] Kelanjutan cerita Nareshwara dan Winter Cassandra dari book sebelumnya yang berjudul Winter.