Cupu! Yes. Bad? Yes. Samantha memilih untuk mengeluarkan ekspresi yang selama ini dipendamnya. Memilih untuk menghilangkan keterpurukannya dengan menikmati hidup. Membiarkan sampah yang mengaku sebagai keluarga untuk menikmati hartanya. Sebelum dia...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Alan memijit pelipisnya pening. Dia tidak mengerti dengan apa yang ada di pikiran Sam. Gadis itu berhasil membuatnya khawatir dan kesal di waktu yang bersamaan.
"Dimana dia sekarang?" tanya Alan pada asistennya yang baru saja mengatakan. Jika Sam mengetahui beberapa informasi yang tadinya disembunyikan dari gadis itu.
"Di rumah sakit, Tuan."
Kening Alan berkerut samar. Ada perasaan khawatir yang menelusup di dadanya. "Dia menjenguk Ali?"
Asisten Alan menggelengkan kepalanya. "Sepertinya Nona memiliki rencana untuk Miranda."
Alan terdiam untuk beberapa saat. Pria itu memikirkan rencana untuk kedepannya. "Perintahkan orang kepercayaan kita yang memiliki kemampuan yang bagus untuk menjalankan perusahaan Sam. Aku ingin perusahaan itu kembali berkembang dan keuangannya kembali normal sebelum kuserahkan kepada Sam."
"Baik, Tuan."
"Terus awasi Sam. Jangan biarkan dia lolos dari pengawasanmu."
Alan tidak peduli dengan apa yang akan dilakukan oleh Sam. Meskipun itu melenyapkan orang lain sekalipun. Yang penting bukan melukai dirinya sendiri dan berniat untuk meninggalkannya. Karena Alan sudah terlanjur jatuh cinta padanya.
Maka, Gadis itu tidak boleh pergi jauh darinya. Apalagi sampai menjadi milik orang lain!
*********
"Sam, kau bolos lagi?" tanya Alicia pada gadis yang baru saja memasuki kamar inap VIP yang ditempati oleh Alicia.
Sam menganggukkan kepalanya tanpa dosa. "Tidak ada yang menarik di sekolah. Aku bosan." balas Sam Gadis itu menghempaskan tubuhnya di sofa yang berada di ruangan itu. Kamar inap VIP tentu saja merupakan kamar mewah yang fasilitasnya tidak bisa diragukan lagi. Itu karena Alan ingin menjamin kenyamanan adiknya.
Alicia menggelengkan kepalanya heran. Kemudian Gadis itu melemparkan sebuah kertas yang diremas membentuk bola kepada Sam. Sontak Sam langsung menatapnya heran.
Sam mengambil kertas itu. "Apa ini?"
"Baca saja." Alicia mengambil sebuah apel dari keranjang buah. Ada beberapa bingkisan di sana, salah satunya dari Aslan. Pria itu baru saja pergi untuk pulang dan berganti pakaian. Karena setelah pulang sekolah dirinya langsung menjenguk Alicia.
Sam melemparkan kertas itu ke dalam tong sampah yang berada di dekatnya. Surat peringatan itu sangat tidak berguna untuknya. Karena dia tidak mungkin membawa orang tuanya yang sudah meninggal ke sekolah. "Bolos beberapa hari aja repot. Suka banget ngurusin hidup orang." dumelnya malas.
"Kau bisa meminta bang Alan untuk menjadi walimu."
"Ogah." Sam merebahkan dirinya di atas sofa. "Tinggal dikeluarin aja apa susahnya. Masih banyak sekolah ini."