My Lovely Uncle - Bab 1

71.9K 793 20
                                    

Sorry guys, cerita ini lapak dewasa. Untuk yang tidak suka silahkan tinggalkan tanpa me-report.

Bijak-bijaklah dalam membaca. Tidak semua isi cerita bisa kita tiru. Tidak semua isi cerita bisa kita salahkan. Tergantung bagaimana kita masing-masing menyikapi.

Jadi apa pun ceritanya, tolong hargai!!

***

Happy Reading!!!

****

"Uncle, temani aku ke minimarket dong," pinta Salvia sembari membuka pintu kamar Devan -sang paman yang satu bulan ini tinggal bersamanya, menemaninya selama kedua orang tuanya berada di luar negeri untuk urusan pekerjaan.

"Aku sibuk," tolaknya dengan delikan tajam sarat akan ketidaksukaan dengan tingkah keponakannya yang tak sopan. Namun Salvia tidak menghiraukan, justru membawa langkahnya masuk, menghampiri sang paman yang tengah berkutat dengan laptopnya. Mungkin mengurus pekerjaan. Sayangnya Salvia enggan peduli, karena yang Salvia inginkan adalah ditemani pria dewasa itu membeli camilan.

Hari memang belum terlalu malam, dan Salvia tentu saja berani untuk pergi sendiri ke minimarket yang ada di depan kompleks perumahannya. Hanya saja Salvia tidak ingin melakukan itu. Ia ingin pergi dengan Devan yang selama satu bulan ini begitu sulit dirinya dekati. Entah karena pria itu benar-benar sibuk atau hanya alasan sebab tidak ingin direpotkan, yang jelas Salvia tidak akan membiarkannya kali ini. Bagaimanapun caranya Salvia harus bisa membawa pria dewasa itu keluar dan menemaninya.

"Ck, sok sibuk!" cibir Salvia memutar bola mata, lalu mengambil duduk di sisi ranjang Devan dengan menampilkan wajah cemberut. Terlebih karena Devan tidak sama sekali mengalihkan tatapannya dari layar datar di depannya. Membuat Salvia berpikir mungkinkah benda itu lebih menarik dibandingkan paras cantiknya?

Selera Devan benar-benar buruk. Dan tentu saja itu menyebalkan bagi Salvia yang jelas-jelas tertarik pada sosok sang paman yang begitu tampan dan memesona.

Sejak pertama kali melihat Devan datang ke rumahnya, Salvia sudah terpesona. Ia berharap bisa dekat dengan pria dewasa adik dari ibunya itu. Tapi sialannya Devan malah justru tidak sedikit pun meliriknya, membuat Salvia tersinggung, namun juga penasaran akan sosok sang paman yang baru dirinya kenal, mengingat ketika ayahnya menikah dengan ibu tirinya tiga tahun lalu Devan tidak datang.

Pria itu tinggal di luar negeri sejak kuliah dan baru kembali satu bulan ini. Sebuah kebetulan untuk kedua orang tua Salvia yang harus pergi mengurusi pekerjaan, sementara Salvia tidak memungkinkan untuk ikut dengan mereka mengingat kini dirinya sudah kelas tiga SMA dan akan segera melangsungkan ujian. Jadilah Devan diminta untuk tinggal di rumah besar ini menemani Salvia. Dan itu benar-benar berkah untuk Salvia. Sayangnya hingga saat ini Salvia belum juga bisa akrab dengan pamannya itu. Devan terlalu tertutup, dingin, dan tak tersentuh. Tapi Salvia janji bahwa ia akan membuat Devan menjadi miliknya.

"Uncle," panggil Salvia sedikit merengek. Namun Devan tidak juga menghiraukannya, tetap fokus pada layar laptop yang menampilkan laman pekerjaannya. Membuat Salvia semakin cemberut sekaligus juga kesal, hingga akhirnya sebuah tindakan Salvia lakukan untuk menarik perhatian pamannya. Dan itu berhasil.

"Salvia! Ka-"

Sebuah kecupan Salvia beri untuk menghentikan protesan Devan. Membuat laki-laki itu semakin membolakan mata, menatap Salvia amat tajam. Tapi sayangnya Salvia tidak sama sekali merasa takut karena yang ada justru senyumlah yang Salvia tampilkan di kedua sudut bibirnya.

"Pekerjaan Uncle sudah selesai," ucapnya menunjuk pada laptop yang tertutup akibat ulahnya. "Sekarang ayo, temani aku ke minimarket. Camilanku sudah habis. Menonton tanpa mengunyah rasanya kurang seru. Atau ..." Salvia menjeda kalimatnya, memajukan kembali tubuhnya ke arah Devan hingga menyisakan jarak beberapa centi saja. "... Uncle mau nemanin aku?" tanyanya serupa bisikan dengan nada sarat godaan. Jangan lupakan kedipan genitnya yang sukses membuat wajah Devan memerah. Entah itu karena marah atau malu. Yang jelas Devan terlihat menggemaskan dengan ekspresinya yang seperti itu dan Salvia tak bisa menahan diri untuk tidak mencium pamannya yang tampan itu. Hingga keinginannya tersebut benar-benar Salvia penuhi.

My Lovely UncleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang