My Lovely Uncle - bab 6

35.5K 551 11
                                    

Happy Reading!!!

***

“Ahhh, Uncle,” desah Salvia sembari menatap pantulan dirinya di dalam cermin yang tengah memperlihatkan tubuh bagian atasnya yang sedang dimainkan Devan.

Kegiatan membersihkan masker dari kedua payudara Salvia berlanjut dengan remasan-remasan tangan Devan yang begitu memabukkan. Terlebih sekarang dengan tidak adanya penghalang yang menyembunyikan gundukan kenyal itu, Devan terasa bebas meremas dan Salvia merasa semakin nikmat karena ternyata tangan Devan memang benar-benar sehangat itu. Permukaannya yang tidak begitu halus seperti tangan miliknya memberi sensasi geli yang menyenangkan.

Di dalam cermin yang berdiri di depannya, Salvia dapat melihat dengan jelas bagaimana raut wajahnya yang tengah merasakan kenikmatan, juga gerakan tangan Devan yang begitu lihai. Dadanya yang menggemaskan terlihat begitu memukau saat berada dalam genggaman tangan Devan yang besar. Dan itu membuat Salvia semakin kagum saja pada dirinya sendiri yang tak menyangka memiliki dada seindah itu. Bahkan ternyata Salvia bisa seseksi itu dalam keadaannya yang sekarang. Membuat pujian berkali-kali Devan berikan diiringi dengan kecupan pria itu di sepanjang pundak dan lehernya. Menambah gairah Salvia yang kembali berharap lebih. Namun belum siap mengutarakannya. Untuk sekarang cukup dengan ini dulu. Hingga Salvia merasa siap untuk mendapatkan lebih dari ini.

Uncle, pindah ke kamar aja yuk, aku pegal,” kakinya melemas seiring gairah yang bertambah. Dan Salvia tidak ingin meleleh seperti jelly. Lagi pula, meskipun dalam keadaan berdiri begitu menyenangkan karena dadanya menggantung sempurna, sepertinya dalam posisi berbaring atau duduk pun tidak akan kalah nikmatnya.

“Oke, tapi kamu harus izinin Uncle kulum dada kamu. Uncle pengen mainin ini dengan lidah Uncle,” bisik Devan memberi syarat. Dan nyatanya Salvia tidak perlu berpikir untuk memberi izin, sebab tak jauh berbeda dengan Devan, Salvia pun ingin merasakannya.

“Tapi payudara aku gak bisa ngeluarin susu,”

“Gak apa-apa. Rasanya tetap enak, kok.”

Salvia hanya mengangguk, lalu pasrah di gendong Devan menuju kamar dan di baringkan di atas ranjang dalam keadaan tubuh bagian atas yang masih telanjang.

Dengan gerakan perlahan Devan merendahkan tubuhnya hingga mulutnya berada tepat di depan dada Salvia. Di awali dengan kecupan-kecupan ringan yang terasa menggelikan, lalu berlanjut dengan jilatan yang berhasil membuat Salvia merinding sampai akhirnya puncak payudara Salvia yang telah menegang Devan masukkan ke dalam mulutnya. Mengulumnya pelan, dan sesekali menghisapnya, membuat Salvia kembali meloloskan desahannya dengan gerak tubuh yang mulai gelisah.

Tangan Salvia yang semula meremas seprai bergerak naik, menyentuh punggung Devan yang berbalut kaus hitam yang sudah terasa lembab. Dan hal itu membuat Devan semakin terangsang, lumatannya tidak lagi bisa pelan karena nyatanya Devan pun ingin menyalurkan sesuatu yang berdesir dalam tubuhnya.

Bahkan bagian tubuhnya yang berada di bawah perut sudah memberontak meminta kebebasan, membuat Devan semakin merasa tersiksa dan ingin sekali melepaskannya. Hanya saja Devan tak ingin kelepasan. Jadi meski tersiksa Devan biarkan saja miliknya itu di dalam celananya, berharap mau berbaik hati padanya yang tidak siap merusak Salvia semakin jauh dari ini.

Uncle, pengen cium,” pinta Salvia serupa cicitan dengan jemari menarik-narik rambut Devan yang tebal.

“Sebentar Sal, Uncle belum puas sama ini,” ucapnya sembari berpindah dari dada kiri Salvia ke kanan yang sejak tadi hanya mendapat remasan dari tangannya. Bagaimanapun Devan tidak ingin membuat payudara menggemaskan Salvia itu merasa cemburu.

“Tapi bibir aku gatal, Uncle!” rengek Salvia diiringi desahannya yang semakin tak terkendali.

Tidak ada jawaban dari Devan. Laki-laki itu terlalu asyik menghisap dada Silvia yang begitu candu. Dan sebagai ganti, Devan berikan ibu jarinya pada mulut Silvia.

My Lovely UncleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang