My Lovely Uncle - Bab 36

17.1K 405 37
                                    

Happy Reading!!!

***

Kedatangan Drizella ke ruang rawat Devan tidak sama sekali Salvia hiraukan. Bukan bermaksud kurang ajar, hanya saja Salvia berusaha meredam kemarahan. Karena nyatanya memang benar bahwa Salvia cukup merasa kesal pada ibunya. Penolakan Drizella adalah penyebab utama, meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa dirinya pun turut andil akan apa yang Devan alami sekarang ini.

Darian benar, bahwa sedikit banyaknya Salvia berperan dalam berakhirnya Devan yang mabuk-mabukan dan harus dilarikan ke rumah sakit. Tapi Salvia tidak sedikit pun menginginkan hal ini. Salvia tidak juga tahu bahwa semua akan berakhir seperti ini. Andai tahu sejak awal, Salvia pasti dengan cepat mencegah Devan. Tapi nyatanya sekarang sudah terlambat bukan? Salvia hanya bisa diam menyalahkan diri sendiri, pun dengan Drizella yang semenjak kedatangannya tidak henti menangis di sisi ranjang Devan sambil memeluk adik kesayangannya.

Devan sadar satu jam yang lalu. Lagi-lagi benar apa yang Darian katakan bahwa Devan pasti akan membutuhkan Salvia.

Sebelum matanya benar-benar terbuka, kata yang lebih dulu Devan ucap adalah Salvia. Dan itu membuat Salvia yang sejak semalam hanya diam dan menangis sambil menggenggam tangan Devan, segera bangkit dari duduknya, berhambur memeluk Devan dengan seuntai kata maaf juga syukur karena pria itu telah bangun.

Maaf juga diutarakan Devan meski tidak dengan alasannya. Namun Salvia tidak butuh itu. Salvia paham dan memilih untuk melupakan semuanya. Hingga akhirnya Drizella datang bersama Darian dan Kara. Masih belum ada obrolan diantara kakak beradik itu, hanya jawaban ketika Darian bertanya mengenai keadaan Devan sekarang, yang memang sudah terasa lebih baik. Hanya tinggal pening yang masih cukup menyiksa. Dan itu hal umum untuk orang-orang setelah mabuk.

Setengah jam berlalu hanya diisi dengan tangisan Drizella yang terus-terusan meminta maaf, sampai akhirnya kamar rawat Devan kedatangan tamu yang tidak Darian dan Salvia kenal. Ah, lebih tepatnya hanya Salvia yang tidak kenal karena Darian cukup merasa familiar dengan orang itu, hanya saja tidak berniat berbasa-basi sebab memang bukan dirinya yang menjadi tujuan. Melainkan Drizella, dan mungkin Devan. Tapi Devan juga justru terlihat kebingungan, meskipun tetap menanggapi tanya orang itu.

Namun itu tidak berlangsung lama karena ketika pria paruh baya itu mengobrol dengan Drizella setelah mengenalkan Darian dan Salvia, Devan sama tidak pahamnya. Hanya Drizella. Dan itu terlihat begitu serius. Tidak lama, tapi cukup menghadirkan tanda tanya. Lalu setelahnya wajah Drizella terlihat samakin murung dan lemas.

Darian menghampiri istrinya demi menanyakan keadaan Drizella. Sayangnya tidak mudah untuk membuat wanita itu membuka suara. Drizella malah justru terlihat tidak berdaya. Wajahnya pucat dan putus asa. Membuat Devan dan Salvia saling pandang dengan kerutan di kening masing-masing, sama-sama bingung dengan apa yang terjadi pada Drizella.

“Kak Dri,” Devan akhirnya mengambil suara, masih di ranjang pesakitannya karena lemas dan pusing masih menghinggapi hingga sekarang. Namun sebagai adik, Devan tidak bisa diam saja melihat kakaknya yang seakan tertimpa beban berat. Apa lagi itu terlihat setelah kedatangan sosok yang jika tidak salah ingat merupakan teman dari ayahnya semasa hidup.

Devan tidak begitu ingat. Ia masih begitu kecil saat ayahnya mengenalkan pria itu. Dan selain barusan, Devan rasanya tidak pernah bertemu dengan sosok itu. Namun kedatangannya yang tiba-tiba ini membuat Devan penasaran. Terlebih dengan obrolan pria itu bersama Drizella tadi. Sungguh Devan tidak mengerti.

“Beliau Om Anton, kamu ingat?” Drizella kini mengangkat kepalanya, menatap sang adik yang masih berwajah bingung, tapi tak urung menganggukkan kepala, karena selain ingatannya yang samar, paruh baya itu juga sempat menyebutkan namanya ketika berkenalan dengan Darian dan Salvia tadi. “Beliau teman Daddy,”

My Lovely UncleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang