My Lovely Uncle - Bab 11

22.2K 363 14
                                    

Happy Reading!!!

***

Ketika jam sudah menunjuk di angka sepuluh malam, Salvia baru mendapatkan respons untuk pesannya yang dikirimkan pada Devan sejak pagi tadi. Salvia yang kebetulan belum tidur tentu saja segera melakukan panggilan video, yang tidak butuh waktu lama untuk mendapatkan tanggapan. Karena tepat di dering ke dua, wajah tampan Devan sudah terpampang di layar ponselnya, memberikan senyum menawan yang sukses membuat pipi Salvia merona dan salah tingkah, terlebih melihat bagaimana keadaan Devan yang belum berbusana.

Sepertinya benar apa yang pria itu katakan dalam pesannya barusan. Devan baru selesai mandi. Namun Salvia tidak menyangka bahwa pria itu benar-benar baru keluar dari kamar mandi.

“Kamu belum tidur?” tanya itu yang pertama kali Devan loloskan. Dan Salvia menjawab dengan gelengan kepala, masih dalam kondisi menenangkan debar di dada akibat senyum Devan yang begitu memesona, juga keadaannya yang terlihat begitu menggiurkan, hingga membuat Salvia menelan ludah susuh payah.

Ini bukan yang pertama kalinya Salvia melihat dada bidang Devan. Selama dua bulan belakangan ini bisa di bilang Salvia cukup sering melihat bahkan menyentuhnya. Tapi tetap saja Salvia merasa berdebar meskipun sekarang ia melihat itu hanya lewat layar ponsel.

Namun nyatanya di sana lah yang menjadi masalahnya. Salvia tidak bisa merasakan dada bidang menggiurkan itu, ia hanya bisa menontonnya tanpa sama sekali bisa menyentuh dan menikmatinya. Dan itu benar-benar menyebalkan.

“Kenapa?” lanjutnya bertanya dengan dahi mengerut.

“Belum ngantuk.” Salvia tidak bohong. Ia memang benar-benar belum merasakan kantuk akibat galau karena ketiadaan Devan, dan Salvia tidak berbohong bahwa sejak tadi dirinya memang menunggu pria itu menghubungi. Salvia rindu. Dan mungkin alasan itu juga yang membuat Salvia tidak juga ingin terpejam.

“Udah malam loh, Sal,” ujarnya terlihat melirik ke sisi lain, yang kemungkinan letak jam demi memastikan pukul berapa sekarang.

Salvia mengangguk. “Tapi aku gak bisa tidur. Kangen Uncle,” akunya dengan nada manja yang selalu terlihat menggemaskan di mata Devan.

Andai berada dekat dengan keponakannya itu, Devan tidak akan segan-segan menangkup wajah cantik Salvia dan langsung melumat bibirnya dengan rakus, menyalurkan rasa gemasnya. Sayangnya untuk saat ini Devan tidak bisa melakukan itu, sebab jarak berada diantara mereka.

“Kangen Uncle apa kangen di kelonin Uncle?” tanya Devan dengan nada menggoda, berhasil menampilkan semburat merah di wajah Salvia yang malah membuat gadis itu semakin menggemaskan, dan Devan sampai harus mengepalkan tangan demi menahan keinginannya untuk meraih gadis di dalam layar ponselnya.

“Dua-duanya,” jujurnya sedikit malu-malu. Amat berbeda dengan kesan yang selama ini gadis itu tunjukkan dalam menggoda Devan. Salvia terlihat nakal dan berani. Tapi ketika di goda balik malah justru terkesan polos sebagaimana remaja pada umumnya.

Entah Devan harus senang atau justru jijik, yang jelas ia merasa geli. Tidak menyangka bahwa gadis itu masih bisa bersikap malu-malu di saat mereka bahkan telah berbuat sejauh itu.

Uncle seharian ini sibuk banget, ya?”

Devan tidak menjawab, ia hanya tersenyum kecil untuk menanggapi tanya Salvia. Teringat begitu banyaknya pesan yang gadis itu kirimkan sejak pagi, Devan tahu bahwa Salvia memang begitu merindukannya, karena pesan-pesan yang Salvia kirimkan memang tidak jauh dari kalimat-kalimat itu. Namun Salvia salah menganggap Devan begitu sibuk dengan pekerjaannya, karena nyatanya di saat Salvia tengah galau karena merindu, Devan malah justru sedang bersenang-senang dengan perempuan lain.

My Lovely UncleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang