My Lovely Uncle - Bab 32

10.8K 340 24
                                    

Happy Reading!!!

***

Setelah penolakan Drizella, Salvia tidak lagi terlihat ceria. Tawanya memang masih mengudara, terlebih ketika mengajak sang adik bercanda. Tapi matanya terlihat kosong.

Namun meski begitu tingkahnya tidak sama sekali berubah, Salvia masih kerap menanggapi Drizella, bahkan bertanya hal-hal yang ingin diketahuinya.

Interaksi mereka masih sama. Bahkan mungkin Salvia semakin aktif bertanya terlebih tentang adiknya yang kini sudah berusia satu bulan.

Secepat itu memang waktu berlalu, dan Salvia tidak pernah absen dalam membantu Drizella merawat Kara sebagaimana yang sudah diniatkan. Salvia menepati ucapannya yang ingin dekat dengan adiknya. Bahkan rasa sayangnya selalu Salvia tunjukkan.

Pulang sekolah Salvia tidak pernah mampir-mampir, selalu pulang tepat waktu dan langsung mengajak Kara bermain dengan rasa antusias yang tidak sama sekali berkurang.

Namun, meski begitu Drizella tetap merasakan adanya jarak yang terbentang. Kedekatan ini terasa hambar. Dan Drizella sadar dengan penyebabnya. Hanya saja ketika Drizella akan membahas, Salvia selalu dengan cepat mengalihkan. Terlihat jelas tidak ingin membahas hal itu lebih jauh. Membuat Drizella menghela pasrah, dan mengikuti apa yang Salvia inginkan untuk tidak mengungkit masalah itu lagi. Tali Drizella merasa tak tega pada sang adik yang belakangan ini terlihat tidak memilki semangat hidup, karena ternyata penolakannya hari itu, sukses membuat Salvia menjauh dari Devan.

Kedatangan Devan yang biasanya di sambut gembira tidak lagi ada. Karena justru Salvia selalu menghindar. Salvia selalu memilih berangkat sekolah sendiri menggunakan motornya meskipun Devan datang berniat mengantar, pun begitu ketika menjemput di sekolah. Salvia tetap pulang dengan sendiri.

Pernah sengaja Drizella menyabotase kendaraan putrinya itu berharap sedikit saja Salvia bisa lunak pada Devan, mau membicarakan permasalah mereka dan mencari jalan keluar untuk hubungan yang tidak dirinya restui, tapi tidak berhasil.

Di bandingkan dengan menerima tawaran Devan, Salvia lebih memilih menghubungi temannya. Terang-terangan menunjukan penolakan. Dan sungguh, itu menyakitkan. Bukan hanya untuk Devan, tapi untuk dirinya sendiri. Dan itu membuat Drizella semakin sadar penolakannya tempo hari berdampak besar.

Jujur, Drizella merasa bersalah. Namun untuk meralat kembali keputusannya tidak bisa Drizella lakukan. Ia benar-benar tidak bisa menempatkan Salvia dan Devan di posisi asing. Tidak bisa untuk keduanya, tidak pula salah satunya, karena kadar sayang yang dirinya miliki terhadap Salvia dan Devan sama rata.

Salvia adalah anaknya, dan Devan adiknya satu-satunya. Mereka keluarga. Meski apa yang Salvia katakan memang benar, bahwa mereka akan tetap menjadi keluarga begitu Salvia dan Devan menikah. Tapi tetap saja Drizella merasa tidak bisa jika harus adik dan anaknya terlibat hubungan asmara.

Alasannya? Mungkin salah satunya sama dengan alasan yang Darian utarakan. Aneh. Drizella pasti bingung harus menempatkan status di mana. Adik kah, atau justru mertua? Alasan lainnya belum bisa Drizella ucapkan. Yang jelas Drizella benar-benar tidak bisa merestui.

“Adek Kara, Kakak pulang.”

Teriakan Salvia menyadarkan Drizella dari lamunannya, dan tak lama kemudian sosok Salvia muncul dengan wajah lelah, namun tidak menghilangkan antusiasnya bertemu sang adik. Hanya saja sedikit sembab dapat Drizella lihat di wajah sang putri, membuatnya mengerutkan kening dan hendak bertanya, tapi kehadiran Devan mengurungkan niatnya. Tanpa di jelaskan pun Drizella sudah tahu alasan di balik wajah sebab sang putri. Dan itu kembali membuatnya mendesah pelan dengan rasa sesak yang lagi-lagi menggerogoti, terlebih dengan lesu yang tampil di wajah adiknya. Drizella yakin bahwa usaha Devan dalam meraih Salvia kembali gagal.

My Lovely UncleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang