Happy Reading!!!
***
“Kuliah di sini aja ya, Nak,” pinta Darian dengan nada putus asa.
Berada di tengah-tengah antara istri dan anak membuat Darian benar-benar kebingungan. Satu sisi Darian paham bagaimana perasaan Salvia, tapi di sisi lain juga Darian tidak tega melihat istrinya terus menangis karena tak rela juga rasa bersalahnya.
Darian sudah kembali membujuk Drizella untuk merestui Devan dan Salvia, tapi Drizella tidak bisa melakukan itu. Entah apa alasannya, tapi sedikit banyaknya Darian paham, karena bagaimanapun awalnya Darian keberatan dengan hubungan antara Devan dan Salvia. Tapi sekarang ia sudah bisa lebih terbuka. Beda dengan Drizella yang sepertinya memiliki alasan lain selain hubungan keluarga mereka.
“Kamu sayang sama Mama dan Kara ‘kan? Please, mengalah untuk mereka. Mama Dri hanya ingin berada terus di samping kamu. Dia hanya ingin berperan sebagaimana seharusnya seorang ibu. Kalau kamu pergi, bagaimana Mama Dri bisa memerankan statusnya sebagai ibu kamu?”
“Papi--”
“Papi paham perasaan kamu, Nak. Papi tahu sulitnya menjadi kamu yang harus bersikap baik-baik saja di saat hati hancur berantakan. Kamu mencintai Uncle Devan, Papi tahu. Papi pernah berada di posisi kamu. Papi pernah bersikap seperti kamu, berpur-pura baik-baik saja di saat jiwa bahkan hancur lebur. Dipisahkan secara paksa oleh kematian kamu kira Papi tidak terluka? Papi hancur mendapati kenyataan Mami kamu pergi meninggalkan kita. Papi ingin protes pada semesta, tapi memangnya Papi bisa?” Darian menggelengkan kepala dengan tatap sedih tertuju pada putrinya.
“Kamu sama Devan hanya terhalang restu, dan itu masih bisa diperjuangkan. Sementara Papi dan Mami …? kami bukan hanya tidak di restui oleh keluarga, tapi juga oleh semesta yang menolak kami terus bersama. Papi gak baik-baik aja, Nak. Tapi demi kamu Papi berusaha untuk terlihat baik-baik saja. Demi kamu Papi bertahan di tengah guncangan yang begitu menyakitkan. Sampai akhirnya kepura-puraan itu berubah jadi bahagia yang sesungguhnya. Karena kamu, karena Mama Dri, dan sekarang bertambah dengan adanya Kara. Bukankah ini yang kamu harapkan sejak dulu? Keluarga yang lengkap dan bahagia,”
Darian tidak lupa keinginan Salvia tujuh tahun lalu. Alasan yang kemudian membuat Darian gencar mencari pedamping untuk memberikan Salvia keluarga yang sempurna.
“Setelah itu terwujud, kenapa sekarang kamu malah memilih untuk memisahkan diri? Apa karena kamu terlalu mencintai Uncle Devan?
“Karena aku terlalu mencintai Mama Dri,”
“Kalau begitu kenapa Mama Dri yang harus kamu tinggalkan?”
“Karena terus-terusan menghindar dari Uncle Devan aku tidak bisa. Aku terluka. Sementara meminta Uncle Devan pergi aku tidak kuasa. Maka dari itu aku yang memilih untuk pergi. Bukan untuk meninggalkan kalian semua. Aku hanya ingin menenangkan diri dan menata hati agar kembali ke semula. Setidaknya hingga aku berhasil menutup perasaan cinta yang kumiliki untuk Uncle Devan.” Sebenarnya Salvia tidak yakin bisa. Tapi tidak ada salahnya ‘kan untuk mencoba? Salvia janji akan berusaha.
“Jadi, kamu benar-benar tidak ingin berjuang untuk hubungan kita?”
Suara itu berhasil membuat Salvia menoleh ke sumber suara. Dan di ambang pintu kamarnya yang terbuka Salvia temukan keberadaan Devan yang menatapnya terluka. Lebih terluka dari yang Salvia rasa.
“Uncle …” cicit Salvia pelan.
“Pada akhirnya benar ‘kan? Kamu yang akan menyerah, bukan aku. Apa setidak pantas itu aku diperjuangkan? Apa setidak pantas itu aku dipertahankan?” Devan benar-benar kecewa sekarang. Dan boleh kah Devan menyesal? “Cinta kamu nyatanya tidak berarti apa-apa selama kamu tidak mau mempertahankan dan memperjuangkannya. Kamu gak bisa memintaku pergi kan? Baik, biar aku yang pergi sendiri.”
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Uncle
Storie d'amoreDemi menarik perhatian sang paman, Salvia rela melakukan apa pun. Bahkan tak segan menggodanya terang-terangan. Membuat perlahan Devan meliriknya. Salvia sadar tubuhnya yang membuat sang paman tertarik, tapi Salvia tidak peduli, dia yakin lambat lau...