My Lovely Uncle - Bab 9

24.7K 386 7
                                    

Happy Reading!!!

***

Uncle cerah banget kayaknya hari ini?” memicingkan mata menatap Devan, Salvia yang baru saja masuk ke dalam mobil Devan sedikit mencondongkan tubuhnya, mengamati sang paman yang terlihat benar-benar berbeda dari biasanya. Wajah pria itu terlihat lebih cerah. Bukan warna kulitnya, melainkan ekspresinya yang seolah tengah begitu bahagia.

Dan Devan tidak membantah. Senyumnya justru semakin lebar seakan membenarkan apa yang sedang Salvia terka.

Bahagia. Devan memang tengah merasakannya. Pertemuan yang berlanjut dengan percintaan panas bersama Sagitta adalah alasannya.

“Abis menangin tender, ya, Uncle?” tebak Salvia.

Devan tertawa sembari mengacak gemas rambut gadis di sampingnya. Tebakan Salvia memang tidak terduga. Alih-alih menebak sosok wanita, gadis itu malah justru mengira Devan menang dalam persaingan kerja. Entah itu karena Salvia yang tak tahu bagaimana orang kasmaran atau memang karena Salvia sepositif itu pemikirannya. Yang jelas ada sedikit lega yang masuk ke dalam dada, meskipun Devan tidak tahu alasannya apa.

Tentang Sagitta tidak berniat Devan sembunyikan, tapi tidak pula akan Devan umbar secara sengaja. Devan tidak akan membahas kekasihnya secara tiba-tiba. Tapi juga tidak akan menutupi saat di tanya. Dan karena Salvia tidak membahas sosok yang membuat Devan secerah matahari pagi, tidak ada kewajiban untuknya memberi tahu perihal sang kekasih yang saat ini sedang beristirahat di apartemennya.

Bukan niat hati meninggalkannya dengan sengaja setelah percintaan panas mereka. Devan hanya ingat dengan tanggung jawabnya menjaga Salvia. Lagi pula Devan sudah bicara lebih dulu pada Sagitta ketika akan pergi menjemput Salvia. Wanita itu tidak keberatan. Sagitta bukan sosok kekasih yang egois dimana Devan harus selalu menemani dan memprioritaskannya.

Sagitta adalah sosok yang pengertian dan mandiri. Hal itu lah yang membuat Devan jatuh cinta pada sosoknya satu tahun yang lalu. Lagi pula nyatanya Sagitta pun butuh istirahat setelah perjalanan jauhnya dan melayani Devan berkali-kali sepanjang hari.

Devan seolah benar-benar balas dendam setelah tiga bulan lamanya tidak sama sekali menyentuh Sagitta. Membuat Sagitta berakhir tumbang karena begitu kelelahan, masih beruntung wanita itu tidak sampai pingsan.

“Mau minta traktir gak?” tawar Devan seolah membenarkan tebakan Salvia.

“Mau-mau! Kebetulan aku lapar banget,” ucapnya begitu antusias. Membuat Devan yang kembali merasa gemas tidak sanggup jika tidak mengusak rambut panjang gadis cantik itu, lalu sebuah kecupan singkat Devan berikan di kening Salvia, kemudian segera melajukan mobilnya meninggalkan sekolah Salvia yang sudah berangsur sepi.

Uncle udah pulang ke rumah?” tanya Salvia ketika baru menyadari kemeja yang Devan kenakan berbeda dengan pagi tadi.

Devan menggeleng tanpa sama sekali melirik Salvia, karena ia harus fokus pada jalanan di depan yang cukup padat. “Uncle selalu bawa pakaian ganti di mobil,” jawab Devan sembari menunjuk ke belakang.

Ish! Jadi tadi Uncle ganti baju di mobil? Kok gak nunggu aku?” protes Salvia dengan bibir mengerucut dan wajah sebal. Tangannya dilipat di dada, membuat bukit kembarnya sedikit terangkat hingga mengintip dari balik seragam yang dikenakannya. Dan itu bertepatan dengan mata Devan yang melirik, berniat menanyakan maksud kalimat gadis itu.

Devan yang selalu tergiur pada bagian tubuh Salvia yang satu itu refleks menelan ludahnya susah payah, dan segera memalingkan wajah kembali pada jalanan di depan. Devan tidak ingin kehilangan fokusnya dan berakhir celaka. Meskipun dua bulan belakangan ini benda itu sudah sering Devan mainkan, tetap saja Devan masih selalu merasa gugup ketika melihatnya secara tidak sengaja seperti barusan.

My Lovely UncleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang