Happy Reading!!
***
“Pacar Uncle gak marah memangnya terus-terusan jemput aku?” Salvia menaikan sebelah alis bertanya ketika lagi-lagi Devan datang untuk menjemputnya dari sekolah. Dan Salvia yakin perjumpaan mereka ini tidak akan selesai sampai di sini.
Sudah lebih dari dua minggu, dan Devan selalu saja tidak membiarkan Salvia pulang sekolah tepat waktu. Entah itu mereka akan makan dulu atau jalan-jalan. Yang penting tetap berduaan. Dan Salvia tidak sekalipun melihat Devan khawatir akan terpergok selingkuh oleh kekasihnya. Seperti bagaimana dirinya yang menemukan Devan jalan dengan Sagitta beberapa minggu lalu. Devan terlihat santai. Membuat Salvia tak jarang bertanya-tanya mengenai bagaimana perasaan Devan yang sebenarnya.
Tapi, tak bohong bahwa Salvia cukup menikmati waktunya dengan Devan yang berjalan seperti biasanya. Seperti saat dirinya belum sama sekali tahu ada sosok lain yang Devan cinta. Saat di mana dirinya menganggap bahwa Devan hanya miliknya. Pria lajang yang bebas dirinya goda. Saat dimana tidak ada orang tuanya. Meskipun keadaan mereka sekarang sedikit berbeda karena Devan tidak lagi tinggal di rumah bersamanya. Tapi apa yang sering mereka perbuat dulu masih bisa dilakukan di apartemen Devan. Tempatnya lebih privasi, karena di sana mereka hanya berdua saja.
“Dia sedang sibuk dengan pekerjaannya,” jawab Devan tanpa beban.
“Dan Uncle jadikan aku cadangan?” tebak Salvia sembari mendengus pelan.
Dengan segera Devan menggelengkan kepala. Menolak tuduhan Salvia. “Sama sekali aku tidak menganggap kamu cadangan, Salvia. Kesibukannya justru kugunakan sebagai kesempatan untuk berduaan dengan kamu. Bahkan sebelum dia sibuk pun, aku terus bersama kamu ‘kan?”
Itu benar.
“Jadi, apa itu artinya Uncle sudah memutuskan untuk memilihku?” jika iya, tentu saja Salvia senang.
“Kamu tahu jawabannya, sayang,” jawab Devan seraya menarik sang ponakan ke dalam pelukan, lalu Devan jatuhkan satu kecupan di pelipis gadisnya. “Tapi maaf untuk sikap pecundangku yang belum bisa terang-terangan melepaskan dia. Aku membutuhkan alasan,” dan Devan tidak ingin menjadikan Salvia alasan itu, sebab tidak menutup kemungkinan Salvia akan di anggap sebagai perusak hubungan orang di saat sebetulnya Devan sendirilah yang menghancurkan hubungannya sendiri.
Mungkin seharusnya Devan menyudahi hubungannya dengan Sagitta lebih dulu sebelum menarik Salvia ke sisinya. Tapi karena terlalu takut sang keponakan melangkah semakin jauh, Devan jadi mengesampingkan hubungannya dengan Sagitta. Dan sekarang Devan tidak tahu harus menggunakan alasan apa untuk melepaskan Sagitta, sebab semua pasti terasa serba salah. Tetap Savia yang akhirnya akan menjadi tersangka.
“Jadi Uncle benar-benar sudah memilihku?” Salvia hanya ingin memastikan. “Uncle udah gak cinta wanita itu lagi?”
Devan tidak lantas menjawab, lebih dulu ia merunut perasaannya, mencari keyakinan akan cinta yang dimilikinya. Jujur tidak semudah itu Devan melupakan Sagitta di saat banyak hal telah mereka lewati bersama. Tapi dibandingkan dengan Salvia, Devan memang tidak bisa membuat Sagitta tetap bertahta, sebab ternyata Salvia mampu menggeser keberadaan Sagitta. Entah dari hati atau pikirannya.
“Aku gak tahu. Tapi yang jelas, Uncle tidak ingin kehilangan kamu,” Devan belum bisa sepenuhnya memastikan perasaannya terhadap Sagitta. Jadi, hanya itu yang bisa Devan beri sebagai jawaban atas pertanyaan yang Salvia berikan.
Dan Salvia tidak masalah mengenai itu. Ia berusaha memahami perasaan Devan, karena andai posisinya di balik, jelas Salvia pun akan kebingungan. Jadi untuk saat ini Salvia menerima jawaban Devan barusan.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Uncle
RomansaDemi menarik perhatian sang paman, Salvia rela melakukan apa pun. Bahkan tak segan menggodanya terang-terangan. Membuat perlahan Devan meliriknya. Salvia sadar tubuhnya yang membuat sang paman tertarik, tapi Salvia tidak peduli, dia yakin lambat lau...