My Lovely Uncle - Bab 15

19.1K 393 12
                                    

Happy Reading!!!

***

Sejujurnya Salvia cukup merasa kecewa saat tidak mendapatkan respons apa pun dari Devan mengenai ungkapan sukanya. Namun itu tidak lantas membuat Salvia bersedih apalagi patah hati. Sebab sejak awal Salvia tahu bahwa pria dewasa seperti Devan pasti lah memiliki tipe perempuan yang jauh tinggi kelasnya di bandingkan dengan dirinya yang hanya seorang siswi SMA. Tapi meskipun begitu bukan berarti Salvia akan menyerah.

Sudah sejauh ini, Salvia tidak akan membiarkan dirinya menyandang gelar murahan karena telah berhasil Devan pegang-pegang.

Meskipun nyatanya itu dirinya yang menginginkan, tapi tentu saja semua yang Salvia lakukan berdasar pada rencana untuk mencapai tujuan. Dan itu tak lain karena keinginannya memiliki sang paman.

Salvia tidak peduli semua orang menganggap rasa yang dimilikinya sebuah obsesi. Karena yang penting baginya adalah Devan menjadi pendampingnya di masa depan.

“Papi, kalau aku suka sama Uncle Devan boleh gak?” restu sang ayah tentu saja Salvia butuhkan karena bagaimanapun beliau yang akan menjadi walinya di pernikahan, menjabat tangan Devan untuk mengucapkan janji suci pernikahan atas namanya.

Ah, itu hanya khayalan Salvia saja memang. Tapi siapa tahu berkat khayalannya itu semua jadi kenyataan.

Iya ‘kan?

Suka dalam konteks apa dulu nih?”

Mendengus kecil, Salvia kemudian memutar bola mata, meski sadar sang ayah tidak dapat melihatnya. “Papi gak usah pura-pura gak paham deh?” delik Salvia tanpa segan. Namun beruntung karena orang tuanya itu berada jauh puluhan ribu kilo meter dari posisinya karena jika berada dekat, Salvia yakin sebuah sentilan akan dirinya dapatkan dari sang ayah tercinta.

Sebuah kekehan Salvia dapatkan dari seberang telepon, membuatnya lagi dan lagi mendengus. Lalu segera mengintruksi sang ayah bahwa dirinya tengah serius, membuat Darian yang ada di sana langsung berdeham dan segera mengubah panggilan teleponnya dengan panggilan video. Membuat Salvia dapat melihat jelas bagaimana raut wajah sang ayah saat ini.

“Kamu serius suka sama Uncle Devan?” nadanya serius begitu pula dengan raut wajahnya. Dan, Salvia tidak kalah seriusnya ketika memberikan sebuah anggukan. “Apa alasan yang bikin kamu suka Uncle?”

Uncle Devan ganteng,” jawab Salvia tanpa berpikir.

“Hanya itu?” kening Devan berkerut, tampak tak percaya dengan alasan sang putri, meski harus Darian akui bahwa adik iparnya itu memang tampan. Tapi bukankah itu satu alasan yang terlalu umum? Perempuan mana pun akan suka begitu melihat paras Devan.

Salvia menggeleng, menatap sang ayah dengan senyum kecil yang cukup manis. “Sejujurnya aku gak tahu alasan kenapa aku suka Uncle Devan,” jujur Salvia. “Dia menyeramkan,” karena Salvia jelas ingat bagaimana perkenalan pertamanya dengan sosok Devan. Pria itu begitu dingin dengan sorot matanya yang tajam. Raut tak sukanya pun tidak segan pria itu tampilkan, membuat Salvia tahu bahwa Devan bukan pria lembut dan penyayang. Tapi pemikiran itu musnah setelah kedekatan mereka belakangan ini.

“Terus kenapa kamu bisa bilang kalau kamu suka Uncle?” tanya Darian sungguh-sungguh.

“Dia baik.”

“Banyak pria yang lebih baik di luaran sana,” sahut Darian cepat.

Uncle Devan dewasa,”

“Masih banyak pria dewasa, bahkan yang lebih dewasa sekali pun.” kembali Darian menyahuti. Dan Salvia jelas mengangguki, setuju dengan apa yang ayahnya katakan. Karena nyatanya semua itu memang benar. Selalu ada yang terbaik di atas yang baik.

My Lovely UncleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang