My Lovely Uncle - Bab 14

21K 359 13
                                    

Happy Reading!!!

***

"Lo, kok, gak pernah bilang kalau Uncle lo seganteng itu, Sal?” Amara mendengus kesal dengan kenyataan yang baru dirinya dapatkan mengenai Devan yang beberapa bulan ini selalu Salvia banggakan.

“Gak heran kenapa lo bisa suka sama dia.” Sebab ternyata setelah melihatnya langsung Amara pun terpesona. Sayang saja Devan sudah lebih dulu Salvia akui. Jika belum, tidak akan Amara berpikir dua kali untuk mendekati Devan yang tampan dan memesona itu.

“Tapi, Sal, lo yakin Uncle lo belum punya pacar?” karena Amara sangsi pria setampan itu masih berstatus sendiri.

Salvia yang sejak tadi hanya senyum-senyum sendiri mengingat kejadian semalam, segera mengalihkan atensi pada Amara yang berjalan di sampingnya, lalu menghentikan langkah dengan tatap lurus pada Amara yang terlihat penasaran.

Salvia tidak langsung menjawab apa yang Amara tanyakan, karena ia pun sedikit merasa ragu. Salvia tidak pernah menanyakan mengenai status Devan. Tapi mengingat sang paman selalu berada di rumah setiap hari libur membuat Salvia menyimpulkan bahwa tidak ada sosok wanita yang pamannya itu miliki. Tapi mendengar tanya yang Amara lontarkan Salvia jadi kepikiran.

“Menurut lo gimana, Mar?”

Amara mengedikkan bahu singkat, tanda bahwa dirinya pun tidak tahu. Terlebih baru sekali Amara bertemu pria itu. Amara tidak bisa menilai hal lain selain wajah tampannya yang membikin panas dingin.

“Lo yang tinggal bareng dia. Seharusnya lo yang lebih tahu tentang dia.”

“Tapi gue gak tahu apa-apa tentang Uncle Devan selain dia yang gila kerja.” Karena memang itulah yang selama ini Salvia saksikan.

“Kalau begitu lo cari tahu.” saran Amara.

“Caranya?”

“Ya lo pikir aja sendiri!” ujarnya sembari memutar bola mata, lalu melanjutkan langkah menuju kelas tanpa sama sekali menghiraukan dengusan Salvia yang mungkin saja merasa kesal.

Masa bodo lah, toh Amara tidak ingin ikut pusing dengan memikirkan kemungkinan-kemungkinan mengenai Devan yang tidak diketahui Salvia. Lagi pula memang apa untungnya untuk Amara?

Tidak ada.

“Di kira mau bantu!” Salvia mencebikkan bibir melihat kepergian Amara. Namun setelahnya Salvia kembali memikirkan tentang Devan. Tentang pertanyaan Amara yang cukup membuatnya terusik, dan dugaan-dugaan yang mulai berdatangan.

“Apa gue tanya langsung sama Uncle Devan ya?” monolog Salvia sembari mengayun langkah pelan, mengikuti jejak Amara yang sudah lebih dulu masuk ke dalam kelas.

“Tapi, kalau ternyata dia udah punya pacar gimana?” lanjutnya masih bermonolog dengan raut wajah berangsur murung.

Senyum yang sejak bangun tidur tadi terukir entah menghilang ke mana, karena yang jelas kini Salvia merasa tak semangat.

Bahkan saking tidak semangatnya Salvia sampai tidak mengikuti upacara dengan alasan tak enak badan. Berterima kasih lah pada wajahnya yang belum sempat Salvia bubuhkan make up apa pun hingga kesan pucat tampil di wajah cantiknya. Jangan lupakan juga akibat dari begadangnya semalam, membuat penampilan Salvia cukup layak di katakan kurang sehat, dan itu membuatnya diizinkan untuk tinggal di UKS.

Kesempatan itu Salvia gunakan untuk memikirkan kemungkinan-kemungkinan tentang Devan. Tapi sialannya itu malah justru semakin membuat Salvia di landa tak nyaman, apalagi ketika membayangkan sang paman benar-benar memiliki seseorang yang dicintai. Rasanya Salvia tak rela.

My Lovely UncleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang