My Lovely Uncle - Bab 33

10.5K 373 27
                                    

Happy Reading!!!

***

“Pi, Amara mau kuliah di Jerman. Aku boleh ikutan gak?” Salvia membuka obrolan selesainya mereka makan malam. Sudah pindah ke ruang keluarga untuk menghabiskan waktu bersama sebelum kantuk menyerang.

Kegiatan menonton bersama yang di selingi obrolan sudah dilakukan sejak dulu. Bahkan sebelum Darian kembali menikah. Kegiatan itu di lakukan agar baik Darian maupun Salvia tidak merasa sendirian dan kesepian. Kemudian setelah Drizella hadir kegiatan menonton bersama menjadi hal yang bertujuan untuk membuat hubungan mereka sebagai keluarga terjalin lebih akrab. Sekarang bertambah Kara. Si bayi mungil menggemaskan itu hadir membuat keluarga ini semakin lengkap.

Namun jangan lupakan bahwa malam ini juga ada Devan. Pria itu belum pulang sejak mengekori Salvia dari sekolah. Drizella yang meminta adiknya makan malam bersama terlebih dulu. Karena ternyata Drizella cukup merasa khawatir pada sang adik yang tidak sedikit pun terlihat ceria.

Drizella tidak yakin jika Devan pulang akan menyempatkan untuk makan. Terlebih suasana hatinya yang berhasil Drizella buat semakin berantakan karena restu belum juga Drizella turunkan. Padahal hanya itu satu-satunya cara agar Salvia tidak lagi membentangkan jarak yang semakin hari semakin terasa jauhnya. Dan mungkin jarak itu akan semakin nyata dengan niat Salvia yang ingin melanjutkan sekolah di tempat yang jauh dari rumah. Bukan lagi luar kota, tapi luar negeri.

Belum apa-apa Devan sudah merasa lemas saja. Gadis itu benar-benar tidak main-main dengan tekadnya menjauh dari Devan. Rasanya Devan ingin menggila saat ini juga. Apalagi ketika jawaban Darian terdengar.

“Di mana pun kamu ingin melanjutkan sekolah, Papi tidak akan melarang. Yang penting kamu ingat pesan papi--"

“Jaga diri baik-baik. jangan terpengaruh dengan hal-hal tidak baik,” sela Salvia melanjutkan seraya memutar bola mata.

“Karena apa pun yang kamu perbuat akan kamu tanggung sendiri akibatnya,” lanjut Darian mengabaikan tatapan jengah putrinya. Sebab Darian tidak akan pernah bosan mengingatkan hal itu pada anaknya.

“Iya Pi. Aku paham. Aku janji bakal jaga diri. Aku gak akan macam-macam dan buat diri sendiri rugi,” ucap Salvia sungguh-sungguh. “Jadi, Papai izinin aku ‘kan?”

Tidak ada alasan untuk Darian tidak menganggukkan kepala. Karena seperti yang di bilang, Darian tidak akan melarang. Darian justru senang dengan keinginan Salvia yang mau ke luar negara.

Bukan berarti Darian tidak sayang putrinya, ia hanya berusaha tidak mengekang, Darian hanya ingin mendukung apa yang anaknya inginkan. Lagi pula tujuan Salvia jelas. Kuliah. Jauh tidak masalah, itu justru bisa menambah pengalaman Salvia selagi muda.

“Terima kasih Papi,” ungkap Salvia bahagia seraya memeluk ayahnya dengan sayang. Namun suara Drizella sontak meluruhkan senyumnya.

“Kamu bilang mau bantu Mama urus Kara,” suaranya terdengar sedih, dan itu membuat Salvia tanpa sadar mencengkeram erat punggung baju ayahnya. “Kenapa malah mau pergi? Kamu gak mau bantu Mama lagi untuk jagain adiknya? Kamu marah sama Mama?” air mata Drizella sudah tidak lagi bisa di tahan. Dan itu membuat Darian panik seketika. Namun tidak bisa menarik tubuh istrinya ke dalam pelukan karena Salvia masih ada di sana dengan cengkeraman yang semakin menguat. Menyadarkan Darian tentang emosi yang sedang putrinya tahan. Entah karena marah atau terlalu sedih. Yang jelas Darian paham bahwa sang putri tidak baik-baik saja belakangan ini. Namun berusaha terlihat baik-baik saja. Dan alasan keinginannya untuk sekolah di luar negeri bisa jadi ini salah satunya.

Salvia sudah tidak lagi bisa berpura-pura.

“Waktu itu kamu bilang gak mau sekolah di luar negeri. Kamu nyaman ada di sini. Kamu gak mau jauh dari mama dan Papi. Tapi—kenapa sekarang tiba-tiba mau sekolah di Jerman?”

My Lovely UncleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang