My Lovely Uncle - Bab 3

32.9K 504 7
                                    

Happy Reading!!!

***

"Salvia sudah siap belum?” Devan berdiri di depan kamar Salvia sembari mengetuk pintu bercat putih itu beberapa kali.

Jam sudah menunjukkan pukul tujuh kurang lima belas menit, dan Devan ingat bahwa semalam gadis itu memintanya untuk mengantarkan ke sekolah. Tapi sejak tadi sama sekali Devan belum melihat gadis itu keluar dari kamar. Membuat Devan yang semula sudah menunggu di meja makan kembali naik demi memanggil sang ponakan.

Namun sudah tiga kali Devan memanggil tidak juga ia mendapatkan sahutan dari si pemilik kamar, membuat Devan mengerutkan kening heran, dan akhirnya memutuskan untuk membuka pintu kamar Salvia yang ternyata tidak terkunci.

Devan bukan bermaksud lancang, tapi ia takut Salvia belum bangun dari tidurnya. Tapi melihat keadaan kamar yang rapi, Devan tahu bahwa gadis itu sudah bangun apalagi dengan tidak adanya orang yang menghuni ranjang. Hanya saja keberadaan Salvia pun tidak bisa Devan temukan di segala penjuru kamar. Membuat langkah Devan bergerak ke arah pintu lain di kamar ini yang tidak sepenuhnya tertutup, berpikir bahwa mungkin gadis remaja itu ada di sana. Meski Devan sedikit sangsi.

“Salvia?” panggil Devan dengan suara yang cukup pelan. Tapi bisa Devan pastikan Salvia dapat mendengar jika memang gadis itu berada di sana. “Sal, kamu jadi berangkat sama uncle ‘kan?” lanjutnya memastikan. Sebab jika batal Devan akan segera pergi menuju tempat kerjanya. Tapi sahutan dari arah pintu yang kini ada di depannya mengurungkan niat Devan berangkat duluan.

“Sebentar lagi, Uncle!” teriakan itu cukup kencang. Mungkin Salvia berpikir takut Devan tidak dapat mendengar. Padahal jelas saja Devan mendengar, karena posisinya yang tak jauh dari perempuan itu. Bahkan Devan dapat melihat apa yang sedang gadis remaja itu lakukan di depan wastafel kamar mandinya.

Sebuah kegiatan yang berhasil membuat Devan meneguk ludahnya susah payah, dengan tubuh terpaku di sana.

Dari cermin besar yang ada di dalam kamar mandi, Devan melihat jelas sebuah pemandangan menakjubkan yang membuat aliran darahnya berhenti sejenak. Sesuatu menonjol yang semalam Devan kagumi dari balik kain yang Salvia kenakan, kini terpampang jelas di sana. Bulat dan putih dengan tambahan warna kemerahan di puncaknya.

Tangan Salvia ada di sana, tengah membersihkan bukit kembar itu dengan sebuah handuk kecil yang ada di tangannya. Devan tidak paham apa yang sedang gadis itu lakukan. Tapi melihat bagaimana tangan mungil itu bergerak, membuat Devan lagi-lagi menelan ludahnya.

Benaknya menyuarakan untuk ia menggantikan kegiatan Salvia, sementara mulutnya malah justru terkunci rapat dengan mata tak lepas menatapnya. Hingga tak lama kemudian tubuh mungil dalam balutan kimono mandi itu berbalik dan terhenyak mendapati keberadaan Devan di sana.

Uncle, ngapain di sini?” tanya Salvia dengan sedikit gelagapan. Namun Devan tidak sama sekali memberi jawaban, sebab pria dewasa itu tidak juga ingkah dari keindahan di depannya yang kini tidak lagi tampak di cermin, melainkan langsung di depan mata, meskipun kini sedikit terhalang oleh kimono yang Salvia kenakan.

Tapi tetap saja keindahannya tidak berkurang. Devan malah justru semakin ingin menyentuhnya, menyingkirkan penghalang itu dengan tangannya sendiri.

Sialnya kewarasan lebih dulu Devan dapatkan dan malu selanjutnya Devan rasakan. Padahal seharusnya Salvia lah yang mengalami itu. Tapi justru malah Devan yang salah tingkah, seolah dirinya yang ketahuan sedang berbuat mesum.

Uncle—”

“Cepat bersiap. Kalau dalam waktu lima menit kamu tidak selesai, Uncle tinggal!” ucapnya memotong seraya berbalik dan melangkah meninggalkan kamar Salvia tanpa menoleh lagi. Membuat Salvia mengerutkan kening heran, namun di detik selanjutnya Salvia tersadar dengan keadaannya. Dan Salvia kini dapat menyimpulkan keanehan sang paman yang beberapa menit lalu terlihat wajahnya yang memerah.

My Lovely UncleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang