My Lovely Uncle - Bab 44

4.9K 228 9
                                    

Happy Reading!!!

***

“Papi,” panggil Salvia lembut dengan senyum manis yang mencurigakan, terlebih ketika gadis itu bersender manja pada pundak Darian yang tengah memangku si kecil Kara sambil menonton berita di televisi. Darian sontak memutar bola mata, amat tahu gelagat sang putri yang jika sudah bersikap seperti ini pasti sedang ada maunya. “Kakak kan udah selesai ujian, nih, kepala Kakak—”

“Mau liburan ke mana?” potong Darian cepat, sudah tahu maksud dan tujuan kalimat sang putri. Dan hal itu tentu saja membuat Salvia berbinar. Langsung melayangkan ciumannya di pipi Darian sambil mengungkapkan betapa sayangnya Salvia pada pria yang telah menjadi perantara Tuhan untuk membuatnya ada di dunia. Namun Darian bukannya senang apa lagi terharu, malah justru memutar bola mata. Terlihat jengah.

“Jadi, mau liburan ke mana?” ulang Darian saat Salvia tidak juga mengatakan tujuannya. Gadis itu terlalu larut dalam kesenangannya akibat kepekaan Darian. Membuat Salvia tidak perlu susah-susah merangkai kata untuk merayu sang ayah.

“Ke Swiss? Atau Eropa?” Salvia belum mendapatkan tujuan yang pas. Dan ia mencoba meminta pendapat ayahnya.

“Kamu pergi sama teman-teman kamu?” Darian menatap sang putri dengan sebelah alis terangkat.

Salvia menggeleng. “Amara masih harus mempersiapkan diri untuk kuliah di Jerman. Katanya mau sekalian liburan di sana saja,” terangnya derdengar sedikit lesu.

“Terus kamu mau pergi liburan sama siapa? Sendiri?”

“Mana asyik liburan sendiri,” desahnya makin tidak semangat.

“Lantas?”

“Rencananya aku mau ajak Papi sama Mama liburan. Kita belum pernah, loh, Pi liburan keluarga,” karena sejak Darian dan Drizella menikah keduanya sama-sama sibuk dengan pekerjaan. Jika pergi pun hanya berdua dengan alasan bulan madu. Salvia hanya harus puas dengan liburan bersama teman-temannya. Seru memang, tapi tetap saja Salvia juga ingin menghabiskan liburan dengan kedua orang tuanya, sebagaimana teman-temannya yang lain.

Dan melihat wajah penuh harap Salvia membuat Darian sadar bahwa selama ini dirinya belum benar-benar memberikan anaknya itu kebahagiaan. Salvia, meski terlihat mandiri dan dewasa, nyatanya tetap mendamba sebuah keluarga yang bahagia. Dan liburan bersama adalah hal sederhana yang putrinya itu inginkan.

Selama hampir empat tahun ini Darian memang berhasil memberikan anaknya orang tua yang lengkap, tapi Darian lupa bahwa kebersamaan mereka tidak pernah benar-benar intens. Mereka belum pernah berlibur bersama. Darian terlalu sibuk dengan urusannya sendiri, terlalu larut dalam kisahnya dengan Drizella. Sampai lupa bahwa Salvia yang menginginkan kelengkapan ini.

Tidak adanya protesan setiap kali hanya pergi berdua dengan istrinya membuat Darian tidak menyadari bahwa sang putri mendambakan liburan keluarga. Salvia memang bukan lagi anak kecil, usianya bahkan sedang menuju dewasa, tapi dia tetaplah seorang anak. Dan keinginan bersama dengan keluarga masih menjadi dambaannya.

Tidak ada yang salah dengan keinginannya untuk liburan bersama. Darian lah yang terlalu tidak peka sebagai orang tua selama ini.

“Maaf,” ucap Darian benar-benar merasa menyesal. “Papi terlalu egois sampai lupa tujuan Papi menikah untuk apa dan karena apa.” Darian terlalu terbuai dengan cinta pada Drizella. Sampai lupa bahwa Salvia yang paling butuh sosok keluarga. Dan tujuan awal pernikahannya memang untuk membuat sang putri bahagia dengan orang tua lengkap yang gadis itu punya, meski tidak bohong bahwa Darian pun butuh Drizella. Darian begitu mencintai istrinya. Tapi tetap saja ‘kan tidak seharusnya ia lupa pada Salvia. Sebab jika bukan karena Salvia, Darian belum tentu akan bahagia seperti sekarang ini. Belum tentu ia merasa selengkap ini.

My Lovely UncleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang