My Lovely Uncle - Bab 13

19K 382 14
                                    

Happy Reading!!!

***

Uncle … kok udah pulang?” tanya Salvia dengan gugup dan takut-takut.

“Kenapa memangnya? Gak boleh?”

Meringis pelan, Salvia kemudian menggeleng dan membawa kepalanya untuk menunduk, tidak berani menatap Devan lebih lama terlebih dengan keadaan wajah tampan itu tanpa ekspresi sama sekali. Biasanya Salvia tidak pernah terganggu, tapi sekarang entah kenapa nyalinya ciut begini.

“Katanya satu minggu,” ucap Salvia berupa cicitan.

Andai keadaan tidak sesunyi ini mungkin Devan tidak akan mendengarnya, tapi untunglah Devan masih memiliki pendengaran yang baik hingga cicitan itu masih dapat Devan dengar dengan jelas.

“Apa itu artinya aku mengganggu acara senang-senangmu?” ejek Devan masih dengan suara dingin dan wajah datarnya yang semakin membuat Salvia meringis.

“Bu—bukan seperti itu,” bantahnya terbata.

“Lantas?” sebelah alis Devan terangkat, menatap Salvia yang masih berdiri di tempatnya dengan jemari yang saling memilin.

Devan tidak tahu bagaimana ekspresi Salvia saat ini, karena selain pencahayaan yang minim gadis itu pun semakin dalam menunduk, entah karena takut atau apa, yang jelas Devan berhasil di buat gemas.

Baru kali ini Devan melihat sikap Salvia yang seperti ini, mengingat selama ini gadis itu selalu terlihat berani bahkan sampai menantangnya. Tapi lihatlah sekarang, Salvia tak ubahnya remaja yang sedang terpergok orang tuanya pulang malam dan membawa seorang pria. Devan sampai bertanya-tanya ke mana kiranya keberanian gadis itu yang biasanya.

“Tadinya Uncle pulang cepat karena khawatir sama kamu,” alasan lain selain karena rindu. “Tapi sepertinya kamu menikmatinya,” lanjut Devan diiringi desah kecewa yang tak sama sekali dirinya buat-buat karena nyatanya apa yang Devan bilang memang kebenaran. Ia kecewa ketika kepulangannya tak di sambut sang ponakan. Padahal Devan sudah menyiapkan senyum menawan untuk menyambut gadis itu ke dalam pelukan. Sayangnya Salvia malah justru terlihat bersenang-senang hingga selarut ini baru pulang.

“Jadi, apa Uncle harus pergi lagi?”

Dengan cepat Salvia mendongak, lalu menggelengkan kepalanya dengan sorot mata yang berkaca. “Jangan, please!” melas Salvia seraya melangkah mendekati Devan yang masih berdiri di tempatnya. “Jangan tinggalin aku lagi.”

“Kenapa? Bukannya kamu senang Uncle gak ada? Kamu bisa bebas bersenang-senang. Main-main ke bar, kemudian pulang larut malam. Bukankah itu kegemaran kamu?” delikan sinis Devan berikan pada sosok cantik di depannya.

Devan bukan berniat mengekang Salvia. Ia hanya tak suka gadis itu keluyuran hingga tengah malam, terlebih tempat seperti apa yang dikunjunginya.

Devan sadar dirinya pun bukan pria baik-baik, Devan pernah mengunjungi club malam, Devan pernah menghabiskan berbotol-botol minuman beralkohol. Bahkan Devan pernah bersenang-senang dengan seorang perempuan di tempat seperti itu.

Devan akui bahwa bar memang tempat yang cocok untuk bersenang-senang. Dan Devan mengakui bahwa dirinya satu diantara sekian banyaknya pria berengsek di dunia ini. Tapi tetap saja Devan tak suka Salvia menghabiskan waktu di sana hingga selarut ini. Devan khawatir. Ia tahu bagaimana bahayanya tempat seperti itu, dan Devan enggan sesuatu terjadi kepada Salvia.

Kakak iparnya pernah mengatakan untuk tidak terlalu mengkhawatirkan Salvia dengan alasan gadis itu bisa menjaga diri, bisa bela diri dan semacamnya. Tapi nyatanya Devan tidak bisa.

My Lovely UncleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang