My Lovely Uncle - Bab 28

20.3K 410 11
                                        

Happy Reading!!!

***

“Ck, kalian beli Pempek ke mana sih sebenarnya? Ke Palembang? Apa justru ke Dubai?” delik Drizella kesal pada dua sosok yang baru saja datang ketika malam sudah benar-benar larut. Lebih tepatnya pukul satu dini hari. Dan itu benar-benar menyebalkan untuknya yang begitu menginginkan makanan khas palembang itu. Bahkan saking inginnya Drizella sampai tidak bisa tidur. Pempek seperti sudah berada di tenggorokan. Membuatnya memilih untuk menunggu. Tidak menyangka akan sampai lewat tengah malam seperti ini.

“Maaf, Mama sayang. Tadi kita mergokin yang selingkuh dulu,” ucap Salvia tidak sepenuhnya menyesal seraya melirik sang paman yang berdiri di sampingnya dengan raut wajah yang tidak sama sekali menunjukkan apa-apa. Pria itu datar. Jauh berbeda dengan ekspresinya beberapa jam yang lalu. Terlihat keenakan dengan mata berbinar.

Ah, mengingat itu membuat Salvia merasakan panas di wajahnya. Jangan lupakan kedutan di bawah sana yang sepertinya kembali mendambakan sentuhan Devan yang begitu ahli.

Oke, stop berpikir mesum. Sekarang bukan saatnya. Karena membahas tentang perselingkuhan Sagitta jelas lebih menarik. Terlebih di depan Drizella yang ketika makan malam tadi sempat kembali membahas tentang kekasih Devan yang tidak kunjung pria itu kenalkan. Padahal sebelumnya keinginan untuk bertunangan sudah Devan utarakan.

Jujur saja Salvia sempat merasa kesal pada ibu sambungnya itu, tapi ia berusaha menahan diri. Beruntung Devan tidak lebih jauh menanggapi. Karena yang ada pria itu terlihat malas membahasnya. Entah benar-benar malas atau hanya sekadar ingin menjaga perasaannya, tapi yang jelas Salvia cukup bahagia. Semakin bahagia ketika menemukan Sagitta yang tengah berselingkuh.

Salvia merasa semangat untuk menceritakan kejadian tadi kepada Drizella. Semoga saja dengan kenyataan ini wanita hamil kesayangannya itu bisa berhenti menanyakan perihal kekasih Devan yang katanya tidak sabar dia kenal.

Ck, padahal kan tidak perlu sulit-sulit menunggu yang belum tentu. Depan mata, Salvia sudah ada jika Drizella ingin mengenal calon pedamping Devan di masa depan.

“Siapa yang selingkuh?” Darian datang dari arah dapur dengan secangkir kopi di tangan. Langsung melirik Salvia dan Devan bergantian dengan kerutan di kening sarat akan rasa penasaran.

“Pacarnya Uncle Devan,” jawab Salvia dengan kekehan kecil.

Drizella yang semula masih mencerna, langsung melirik ke arah sang adik, bertanya lewat tatapan mata mengenai kebenaran yang Salvia ucapkan.

Devan menghela napas pelan sebelum kemudian mengangguk. Raut wajahnya masih tak berubah. Tetap datar. Membuat Drizella dan Darian tidak bisa mengetahui perasaan Devan saat ini. Jauh berbeda dengan Salvia yang tidak sama sekali menutupi rasa senangnya, dan itu membuat Darian memutar bola mata seraya mendengus kecil. Tahu bahwa sang putri sedang dilanda kemenangan. Sayangnya Darian enggan mengucapkan selamat.

“Kok bisa? Lihat di mana? Mana tahu kalian salah lihat, atau mungkin aja salah paham.”

Salvia memutar bola mata mendengar tanggapan sang mama yang tidak pernah ia sangka akan berpihak pada wanita itu. Padahal Salvia yakin bahwa Drizella belum mengenal Sagitta. Atau memang karena Drizella seberharap itu pada wanita yang menjadi kekasih adiknya, mengingat wanita hamil itu pernah berkata bahwa dulu Devan tidak pernah terlihat tertarik pada perempuan. Dan ketika kemudian Devan mengatakan akan bertunangan, Drizella amat senang lalu menganggap bahwa perempuan itu pasti istimewa karena berhasil membuat Devan jatuh cinta. Belum lagi dengan sedikit cerita tentang Sagitta yang pernah Devan bagi.

Salvia tidak tahu cerita itu bagaimana, tapi sepertinya cukup membuat Drizella terkesan. Mungkin memang benar bahwa Sagitta seistimewa itu sampai membuat Devan jatuh cinta. Namun tetap saja ‘kan, seistimewa apa pun wanita itu pada akhirnya Devan berpaling juga.

Dulu Devan boleh teramat mencintai Sagitta, tapi buktinya Devan bisa tergoda juga ‘kan oleh Salvia yang masih remaja ini? Pria itu bahkan sudah mengakui bahwa dia mencintai keponakannya. Dan mengaku tidak ingin kehilangan Salvia.

Itu bukti bahwa seistimewa apa pun Sagitta akan kalah oleh takdir yang sudah Tuhan tentukan. Dan Salvia lah takdir yang Tuhan siapkan untuk Devan. Hingga keburukan Sagitta di perlihatkan di tengah kebimbangan yang Devan rasakan.

“Di Hotel Adiatama. Wanita itu baru keluar dari sana sama laki-laki seusia Uncle,”

“Jangan berspekulasi buruk terlebih dulu. Kalian memangnya sudah tanya apa yang dilakukannya di hotel?” Salvia dan Devan kompak menggeleng. Membuat Drizella menjentikkan jari dengan wajah kembali bersinar. “Nah kan, siapa tahu kalian cuma salah paham. Bisa aja dia sama saudaranya yang kebetulan dat—”

“Laki-laki itu bosnya Sagitta,” sela Devan, menghentikan kalimat Drizella.

“Ya, siapa tahu i—itu ... mereka habis bertemu klien,” masih saja Drizella tidak menyerah, memberi kemungkinan kesalahpahaman. Terlihat amat berharap sang adik tidak putus dengan kekasihnya.

Entahlah, Salvia tidak terlalu paham kenapa Drizella sengotot itu mencari pembelaan untuk wanita yang bahkan belum dikenalnya.

“Wow, rajin sekali mereka sampai bertemu klien di jam yang hampir larut malam. Mana di hotel lagi,” cibir Salvia mulai tidak suka dengan pembelaan yang Drizella berikan.

“Di hotel juga kan ada restorannya, Sal. Dan siapa tahu klien mereka datang dari luar negeri,” Drizella mengedikkan bahu. Masih memiliki penyangkalan tentang perselingkuhan kekasih Devan yang Salvia kemukakan. Dan sungguh, Salvia mulai merasa jengah sekarang. Andai yang bicara bukan istri ayahnya sudah Salvia maki-maki Drizella sekarang juga. Sialannya ia begitu menghormati dan menyayangi ibu sambungnya, hingga untuk melakukan itu perlu banyak kali ia berpikir.

“Benar juga,” Salvia mengangguk menyetujui alasan yang Drizella sampaikan. Tapi tentu saja Salvia tidak membiarkan ibunya senang lebih dulu karena selanjutnya Salvia membuka ponselnya dan menunjukan beberapa foto yang berhasil dirinya ambil sebelum Devan memutuskan untuk menghubungi sang kekasih demi memastikan keberadaan wanita itu.

Devan masih sempat mengira salah lihat. Berpikir positif seperti apa yang Drizella lakukan sekarang. Sayangnya kenyataan tidak memberi Devan rasa senang. Karena yang ada justru kekecewaan yang semakin dalam. Sebab sosok yang ditemukan bukan kembaran atau sosok yang menyerupai Sagitta. Tapi memang benar-benar Sagitta.

Salvia tidak tahu kenapa harus dirinya mengambil gambar mereka, karena toh Devan pun sudah melihat langsung pengkhianatan kekasihnya. Namun ternyata foto itu tetap berguna untuk mematikan semua argumen Drizella yang begitu keras menyangkal pengkhianatan yang calon adik iparnya lakukan.

Dan, ya, selesai melihat foto-foto itu Drizella tidak lagi mampu memberi pembelaan. Wajah wanita hamil itu pucat, melirik pada Devan dengan raut wajah kasihan.

Devan yang seakan paham segera meraih tangan kakaknya, dan menampilkan senyum tipis. “Aku baik-baik saja,” ucap Devan menenangkan sang kakak yang terlihat khawatir. “Lagi pula sebelum ini aku sudah mengetahui perselingkuhannya yang lain. Alasan yang membuatku belum juga membawanya kehadapanmu. Aku tidak ingin kamu semakin berharap dan lebih kecewa setelah mengetahui ini. Jadi …” Devan mengedikkan bahu tanpa melanjutkan kalimatnya. Dan itu cukup di pahami oleh Drizella, karena setelahnya wanita berperut buncit itu menghambur memeluk Devan seakan membantu meringankan patah hati adiknya. Tapi, lagi, Devan mengatakan. “Aku baik-baik saja. Hatiku tidak sepatah itu.” karena ada Salvia yang lebih dulu mengisi hatiku, yang membuat pengkhianatan Sagitta tidak berefek besar untukku. Lanjut Devan dalam hati. Belum sanggup memberi kejutan lebih besar pada Drizella yang tak lama lagi akan melahirkan anak pertamanya.

***

See you next part!!!

My Lovely UncleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang