Happy Reading!!!
***
Salvia benar-benar menyambut bahagia kelahiran adiknya yang teryanya berjenis kelamin laki-laki.
Tidak ada keinginan khusus, karena bagi Salvia yang penting adik, yang akan ikut meramaikan rumah orang tuanya. Agar ia tidak lagi sendiri ketika papi dan mamanya pergi. Apapun jenis kelaminnya Salvia akan menyayangi adiknya dengan sepenuh hati. Meski sepertinya cukup terlambat untuk Salvia memiliki adik mengingat usianya sudah akan tiba di angka delapan belas. Tapi tak apa, toh dengan begini ia bisa benar-benar membantu Drizella, sekaligus belajar. Siapa tahu ‘kan setelah lulus sekolah nanti Devan mengajaknya menikah muda.
“Aku yang kasih nama adiknya boleh gak?” Salvia melirik Darian yang duduk di kursi samping kiri ranjang pesakitan Drizella, menyuapi istrinya yang masih sedikit lemah sehabis melahirkan sore kemarin.
Salvia sendiri berada di sisi lain ranjang Drizella, asyik mengamati adiknya yang terlelap nyaman. Padahal Salvia begitu ingin memangku adik mungilnya yang membuatnya gemas.
“Boleh dong,” Drizella yang menjawab. Senyum lembut di berikan pada sang putri. Meski tiri, tetap Drizella sayangi sepenuh hati. Dan Drizella juga berjanji akan tetap menyayangi putri sambungnya walaupun sekarang sudah memiliki anak sendiri. Karena toh dari siapa pun Salvia lahir tetap Darian ayahnya. Pria yang hampir empat tahun ini menjadi suaminya.
Drizella ingat, sebelum pernikahan digelar Darian lebih dulu memberinya syarat, di mana jika Drizella menerima Darian, harus juga menerima Salvia yang Darian bawa. Karena menurut Darian cintanya tidak begitu berarti tanpa Salvia. Darian tidak bisa memilih antara cinta dan Salvia, sebab itu akan membuat bahagianya terasa kurang. Darian ingin cinta, juga anaknya.
Namun jika terpaksa harus memilih maka Darian dengan tegas akan menjawab Salvia. Darian akan memilih anaknya. Kenapa? Karena anak adalah titipan, yang sebisa mungkin harus Darian jaga dengan baik.
Mungkin benar bahwa anak tidak akan menemani masa tua nanti. Terlebih anak perempuan yang setelah menikah akan di bawa suaminya pergi. Tapi tetap saja Darian tidak bisa mengabaikan Salvia yang menjadi darah dagingnya.
Lagi pula sejauh apa pun seorang anak pergi, dia tidak akan menjadi orang asing, sebab darah lebih kental dari pada air. Beda dengan cinta, ketika yang dicinta pergi, asing menjadi nama diantara mereka.
Drizella tidak marah, karena justru Drizella merasa terharu sekaligus bangga pada Darian yang memiliki pemikiran seperti itu. Sampai sekarang Drizella tidak pernah merasa menyesal telah mengambil keputusan untuk menerima Darian dan Salvia, sebab dua sosok itu berhasil membuat hidupnya lengkap kembali setelah kehilangan kedua orang tua belasan tahun lalu.
“Serius boleh Ma?” dengan antusias Salvia memastikan, dan jawaban berupa anggukan yang Drizella berikan membuat gadis berusia hampir delapan belas tahun itu berseru girang.
“Jadi siapa namanya?” Darian terlihat tak sabar.
“Shankara Annavaran,” jawab Salvia dengan seulas senyum lebar. “Shankara itu artinya pembawa hadiah, aku berharap adik aku membawa hadiah kebahagiaan untuk kita semua. Annavaran artinya hadiah dari Tuhan. Yang mana maksudnya bayi yang Mama Dri lahirkan adalah hadiah dari Tuhan untuk kita,” terang Salvia dengan senyum yang tidak sama sekali luntur.
Darian dan Drizella yang mendengar itu tidak bisa menutupi rasa haru, pun dengan Devan yang sejak tadi berada duduk di sofa yang ada di sudut ruang perawatan Drizella, menyaksikan interaksi keluarga kecil kakaknya yang sungguh begitu menyentuh hati. Senyum Devan bahkan ikut terkembang melihat kebahagiaan mereka. Sampai akhirnya, Devan di kejutkan oleh suara kakaknya.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Uncle
RomanceDemi menarik perhatian sang paman, Salvia rela melakukan apa pun. Bahkan tak segan menggodanya terang-terangan. Membuat perlahan Devan meliriknya. Salvia sadar tubuhnya yang membuat sang paman tertarik, tapi Salvia tidak peduli, dia yakin lambat lau...