My Lovely Uncle - Bab 41

6.3K 241 8
                                    

Happy Reading!!!

***

“Makan soto madura enak deh kayaknya hujan-hujan gini,” celetuk Drizella tiba-tiba. Membuat semua orang yang sebelumnya fokus pada kegiatan masing-masing menoleh ke arah suara.

“Lebih enakan bakso deh, Ma, kayknya,” sahut Salvia yang telagh mengalihkan atensi dari adik kesayangannya.

“Papi lebih pengen pisang goreng keju,” Darian ikut menanggapi dengan mata berbinar melirik istrinya, seakan meminta di buatkan. Namun Drizella segera menggelengkan kepala.

“Pisangnya gak ada.” Dan jawaban itu membuat Darian melemas, lalu mengalihkan kembali tatapannya pada televisi yang menyala, menampilkan tayangan berita. “Kecuali kalau kamu mau ke supermarket buat beli pisangnya,” lanjut Drizella dengan senyuman lebarnya. “Sekalian beliin aku Soto Madura,” tambahnya.

Darian cepat-cepat menggelengkan kepala, menolak ide Drizella. “Aku lebih baik makan apa yang ada di rumah dari pada harus pergi ke luar dulu,” hujan yang membuat Darian malas.

Drizella cemberut mendengar jawaban suaminya itu. Tapi setelahnya tatapannya beralih pada sosok yang tidak bersuara. Devan. Pria itu sejak tadi terlihat fokus pada laptop di pangkuannya. Meski pun sejak tadi berada berkumpul di ruang keluarga bersama keluarga kecil kakaknya, Devan tetap sibuk dengan pekerjaannya, dan itu membuat Drizella mendengus, tidak terkecuali Salvia yang akhirnya memilih mengoda adik kecilnya.

“Dev, kamu gak kepengen makan apa gitu?” tanya Drizella yang sebenarnya adalah basa-basi.

Devan menggeleng. “Perutku masih kenyang.” Karena nyatanya memang belum genap dua jam mereka menyelesaikan makan bersama, sebelum akhirnya minggu siang ini di guyur hujan dan membuat semua orang enggan ke mana-mana, sementara lidah terasa ingin mengunyah. Ah, setidaknya itu Drizella, Salvia, dan Darian, karena Devan sendiri tidak menginginkan apa-apa saat ini.

“Ck, gak asyik emang kamu tuh!” sebal Drizella yang kemudian mengentakkan punggungnya ke sandaran sofa. Merasa kesal karena sang adik tak peka, sementara suaminya tidak sama sekali pengertian.

Salvia yang memahami ibunya itu pun terkekeh geli, lalu melirik ke arah Devan yang duduk tidak jauh dari posisinya, mengedipkan mata seakan memberi kode. Namun sayang sekali karena Devan tidak sama sekali mengerti membuat Salvia harus menghela napas sabar menghadapi ketidak pekaan paman sekaligus laki-laki tercintanya itu.

“Papi pengen pisang goreng keju,” kata Salvia berusaha memperjelas. “Mama Dri pengen Soto Madura, dan aku pengen bakso,” lanjutnya berharap Devan mengerti.

“Iya, tadi aku dengar, kok,” jawab Devan polos tanpa sedikit pun merasa bersalah. Dan tangagapan Devan tersebut membuat tidak hanya Salvia yang berdecak kesal tapi juga Drizella dan Darian yang sontak melirik ke arah Devan dengan tatapan tak senang. “Kenapa?” tanya Devan menatap tiga orang itu tak paham.

“Kamu gak ada niat beliin gitu?” sinis Drizella benar-benar merasa geram pada adik tampannya itu.

“Hujan,” jawab Devan sembari menunjuk jendela lebar yang ada di belakangnya. “Pesan antar aja kalau memang mau,”

“Gak mau!” seru Salvia cepat. “Baksonya suka gak enak kalau go food,”

“Iya, bumbunya suka kayak ada yang kurang,” timpal Drizella seakan menyetujui.

“Terus mau pergi ke tempatnya gitu?” Devan menggeleng tidak setuju, terlebih dengan keinginan mereka yang tidak sama. Cuaca hujan seperti ini berkendaran bukanlah hal yang mengasyikan. Devan lebih memilih tetap di rumah di bandingkan harus keluyuran.

“Kamu sama Salvia aja yang pergi. Aku tunggu di rumah,” kata Drizella. “Pulangnya mampir ke supermarket. Beli pisang, sekalian belanja bulanan. Aku belum sempat. Gak leluasa juga belanja sama Kara,” mengingat anaknya itu masih begitu kecil. Drizella belum berani membawa anaknya pergi-pergi keluar selain masih di sekitar rumah.

My Lovely UncleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang