Happy Reading!!!
***
Amara
Sal Gue lihat Uncle Devan di bar-nya Bang Rio. Dia minum kayak orang kesurupan.
Ngeri anjir.Itu tenggorongan gak kebakar apa, ya, minum alkohol sebanyak itu?
Mana auranya udah kayak setan.
Cewek-cewek yang semula tertarik, mundur perlahan lihat wajah tampan Uncle lo udah macam iblis pencabut nyawa.
Serius, Sal, gue pengen tahu ada apa sama Uncle lo?
Lo pernah bilang Uncle Devan gak suka main ke Bar ‘kan? Tapi kok minumnya jago?
Ah, tapi ini Uncle Devan kayaknya mulai confusion deh, Sal. Serius lo mau biarin Uncle Devan mati di sini?
Rentetan pesan itu Amara berikan setelah panggilannya terus Salvia abaikan. Dan sungguh, Salvia tidak percaya dengan apa yang Amara kabarkan. Tapi dengan video singkat yang Amara kirim, Salvia tidak bisa untuk tidak panik. Karena seperti apa yang Amara katakan dalam pesan, Devan minum seperti orang kesetanan dengan kesadaran yang mulai hilang.
“Tolong jaga Uncle Devan sebentar bisa ‘kan, Mar?” saking khawatirnya Salvia langsung menghubungi temannya itu, dan beruntung tidak perlu menunggu lama untuk Salvia mendapatkan respons Amara meskipun itu berupa omelan. “Bang Rio ada gak?”
“Gak ada. Dia katanya lagi ada urusan di tempat lain. Makanya gue gak bisa senang-senang. Padahal pengen joget.”
Salvia tidak sama sekali menghiraukan keluhan Amara tentang itu karena yang saat ini dicemaskan adalah Devan.
Bukan hanya karena pria itu yang mabuk, tapi juga takut ada orang yang memanfaatkan ketidak sadaran Devan. Maka dari itu Salvia meminta Amara menjaganya, meskipun itu masih tidak bisa membuatnya tenang. Salvia juga merutuki ketidak beradaan Mario di tempatnya. Karena jika pria itu ada, Salvia yakin Devan akan aman, dan mungkin ia bisa meminta bantuan pada pria itu.
Tapi nyatanya Mario tidak di tempat, itu artinya mau tidak mau Salvia memang harus meminta bantuan ayahnya.
Dan, dengan tak sabar Salvia menggedor pintu kamar Darian, membuat tak hanya Darian yang bangun, Kara pun terbangun dengan tangisnya yang cukup kencang. Tapi untuk sekarang tidak ada waktu untuk merasa bersalah, karena kekhawatirannya terhadap Devan lebih besar.
Air mata Salvia yang semula sudah mulai surut kembali mengalir bak anak sungai, mengejutkan Darian yang baru saja membukakan pintu.
“Papi, tolongin aku, please!” pinta Salvia dengan wajah menyedihkan. “Tolong antar aku jemput Uncle Devan di club-nya Bang Rio,”
“Devan mabuk?!” teriak Drizella terkejut, membuat tangis Kara semakin kencang, ikut terkejut. Namun Salvia tidak memiliki waktu untuk menanggapi Drizella karena yang diinginkannya sekarang adalah segera menghampiri Devan. Salvia bahkan sampai menarik ayahnya yang terlihat biasa-biasa saja. Seakan mewajarkan apa yang Devan lakukan. Karena nyatanya Darian pun pernah muda. Mabuk-mabukan pernah Darian lakukan, terlebih ketika banyak pikiran dan patah hati.
“Gak usah sepanik itu juga kali, Sal. Laki-laki dewasa mabuk itu bukan hal yang aneh,” cibir Darian terlihat begitu tenang. Berbanding terbalik dengan keadaan Salvia yang begitu panik sambil kembali menghubungi Amara yang di tugaskannya untuk menjaga sang paman.
“Masalahnya Uncle Devan udah stupor, Pi!” ujar Salvia sedikit meninggikan suaranya dengan tangis yang kembali lolos. Salvia baru saja mendapatkan kabar terbaru dari Amara tentang keadaan Devan sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Uncle
Любовные романыDemi menarik perhatian sang paman, Salvia rela melakukan apa pun. Bahkan tak segan menggodanya terang-terangan. Membuat perlahan Devan meliriknya. Salvia sadar tubuhnya yang membuat sang paman tertarik, tapi Salvia tidak peduli, dia yakin lambat lau...