Happy Reading!!!
***
“Nge-mall yuk, Mar?” ajak Salvia begitu selesai merapikan alat tulisnya ke dalam tas.
Bel pulang baru saja berbunyi beberapa menit yang lalu, dan rasa-rasanya Salvia enggan pulang cepat hari ini. Lagi pula sudah lama dirinya tidak jalan-jalan selepas pulang sekolah karena beberapa bulan belakangan ini Salvia selalu bersemangat pulang sebab ada Devan yang menjemputnya. Namun karena sekarang pria itu tidak lagi menjemput dan tak juga tinggal di rumahnya, membuat Salvia merasa bosan.
Jangan lupakan bahwa dirinya pun masih kesal, terlebih hingga sekarang Devan tidak juga ada menghubunginya.
Pria itu benar-benar sialan. Membuangnya begitu saja tanpa sedikit pun ada kata maaf atau terima kasih.
Berengsek!
“Yuk, gue pengen nonton Encanto lagi,” ujar Amara begitu semangat seraya bangun dari duduknya.
Wajahnya yang berbinar layaknya anak kecil sukses membuat Salvia bergidik geli. Terlebih mendengar film yang ingin sahabatnya itu tonton.
Terkadang Salvia memang tak mengerti dengan jalan pikiran Amara. Gadis itu begitu angkuh layaknya antagonis di sebuah sinetron ketika berhadapan dengan sosok yang tak di suka. Begitu liar ketika sudah menari di dance floor, tapi akan sangat kekanakan ketika memiliki keinginan.
Namun Salvia tak merasa heran mengingat tontonan seperti apa yang memang sahabatnya itu sukai. Kartun. Salah satunya film Disney yang disebutkannya barusan.
“Gue pengen nonton black widow, Mar,”
“Encanto, Sal. Itu lebih seru,” bantah Amara tak setuju.
“Tapi kita udah nonton itu tiga kali, Amara!” geram Salvia.
“Film-nya seru, Sal. Gue belum bosan.”
“Tapi gue bosan, Mara. Gak mau tahu pokoknya. Kita nonton black widow!” ujar Salvia tak ingin di bantah. Membuat Amara sontak melayangkan delikannya sembari mendengus kesal.
“Oke. Tapi lo yang bayar tiket sama beli camilannya,” akhirnya Amara memilih menyetujui, meskipun jujur saja Amara tak begitu suka dengan film berbau action yang menjadi favorite Salvia.
Tapi ya sudahlah, untuk kali ini Amara memilih mengalah mengingat sang sahabat masih berada dalam mode galau-nya akibat di tinggal Devan.
Amara tak lupa bagaimana liarnya Salvia di club semalam, gadis itu benar-benar terlihat tengah meluapkan segala kekesalan juga rasa sakitnya. Rio sampai kewalahan menjaganya karena Salvia begitu aktif bergerak dalam iringan musik yang mengentak. Tak kalah aktif dengan air matanya yang berjatuhan. Dan Amara tak lupa bagaimana menyedihkannya Salvia semalam.
Di tengah aktivitasnya menari, Salvia menangis tanpa suara. Dan itu menghadirkan kecemasan untuk Rio yang baru pertama kali mendapati kekacauan gadis itu. Tapi karena larangan dari Amara, Rio akhirnya memilih diam saja, mengawasi dalam jarak dekat tanpa sama sekali bertanya mengenai masalah apa yang sedang gadis itu hadapi.
“Setiap gue ikut nonton pilihan lo, gak pernah tuh lo yang bayarin tiketnya apalagi beliin gue camilan. Gue selalu bayar sendiri sekali pun gue gak suka sama film pilihan lo,” cibir Salvia dengan delikan sinis tertuju pada Amara.
Sialannya gadis itu tak sama sekali merasa marah atau tersinggung, karena yang ada Amara malah justru tertawa, seakan apa yang Salvia katakan adalah lelucon yang begitu menggelitik.
Tak waras memang.
Beruntung saja Salvia sahabat yang baik, jadi Amara masih cukup aman. Entah jika Salvia sudah merasa bosan atau bahkan muak. Mungkin Salvia tendang Amara ke penangkaran harimau lapar agar menjadi santapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Uncle
RomanceDemi menarik perhatian sang paman, Salvia rela melakukan apa pun. Bahkan tak segan menggodanya terang-terangan. Membuat perlahan Devan meliriknya. Salvia sadar tubuhnya yang membuat sang paman tertarik, tapi Salvia tidak peduli, dia yakin lambat lau...