Happy Reading!!!
****
“Uncle sibuk?” tanya Salvia begitu teleponnya Devan terima setelah beberapa kali coba menghubungi.
“Lumayan, ini Uncle baru selesai meeting,” jawaban Devan segera terdengar dengan nada sedikit lesu. “Kamu merindukanku, Sayang?”
Dan Salvia mengangguk cepat membenarkan tebakan sang paman. “Aku boleh ke kantor Uncle?” karena menunggu pria itu datang pasti kelamaan, sementara rindunya tidak lagi bisa di tahan.
“Segitu rindunya?” Devan terkekeh geli. Namun tak urung mengizinkan Salvia untuk datang. Karena tidak bohong, bahwa Devan pun juga merindukan keponakan cantik dan agresifnya itu. “Tapi boleh minta tolong sekalian bawa makan siang? Uncle lapar.”
Tentu saja Salvia menyanggupi itu, dan setelahnya Salvia menutup sambungan telepon untuk segera bersiap. Salvia benar-benar sudah tak sabar bertemu dengan sang paman. Hampir satu minggu mereka tidak bertemu karena dua minggu lali laki-laki itu sudah kembali tinggal di apartemennya dan sibuk dengan pekerjaan.
Biasanya Devan akan datang sesekali atau mengajaknya keluar untuk sekadar makan atau jalan-jalan. Tapi satu minggu belakangan pria itu tidak datang, membuat Salvia tidak jarang uring-uringan dan menuduh Devan terlalu menikmati waktu pendekatan dengan Shamanta. Untung saja Devan segera membantah. Jika tidak … jangan salahkan Salvia bersikap resek.
“Ke mana Kak?” Drizella yang mendapati putrinya menuruni tangga dengan penampilan rapi segera menegur.
“Mau ke kantor Uncle Devan,” Salvia berkata jujur. Tidak ingin ada kebohongan mengenai kedekatannya dengan sang paman. Toh, Drizella dan Darian sudah tahu mengenai bagaimana perasaannya terhadap Devan. Jadi untuk apa Salvia menutupi pertemuannya dengan Devan? Justru bagus orang tuanya tahu.
“Ngapain?”
“Mastiin Uncle Devan gak selingkuh,” jawab Salvia dengan cengirannya yang membuat Drizella geleng kepala.
Sejujurnya Drizella belum benar-benar bisa merestui Salvia dengan Devan. Bagaimanapun dua sosok itu sudah Drizella anggap sebagaimana mestinya. Adik dan anak. Dan Drizella ingin itu tetap begitu. Tapi tidak memberi restu sama saja dengan Drizella kehilangan salah satunya. Atau bahkan mungkin keduanya.
Mendengar Salvia yang akan pergi menjauh membuat Drizella tidak sanggup. Dan melihat bagaimana anaknya itu terluka karena harus melepaskan cintanya membuat Drizella ikut merasakan sakitnya. Sebagai kakak, Drizella juga tidak kuasa melihat sang adik merana. Adiknya itu tidak mudah jatuh cinta. Tapi sekalinya jatuh cinta malah pada wanita yang salah. Sagitta. Perempuan itu tidak layak mendapatkan cinta Devan yang tulus. Karena meskipun Devan tidak bisa di katakan pria baik-baik, Drizella tetap saja tidak rela adiknya di permainkan wanita seperti Sagitta yang senang berkhianat.
Dan kemudian pria itu kembali jatuh cinta, sayangnya pada perempuan yang tidak seharusnya. Status mereka sebegai keluarga yang membuat perasaan itu tidak seharusnya ada. Tapi Drizella tidak bisa berbuat apa-apa, telebih setelah melihat bagaimana kedua manusia saling jatuh cinta itu terluka akibat restu yang tidak dirinya berikan. Drizella tidak bisa menjadi alasan anak dan adiknya tidak bahagia, maka mau tak mau untuk membuat hubungan mereka tetap baik-baik saja dan utuh adalah dengan cara memberi restu.
Tapi sungguh, Drizella masih sempat berharap agar Devan dan Shamanta bisa saling jatuh cinta. Karena hanya dengan itu Salvia akan mundur. Meski Drizella sendiri tidak yakin sang putri tidak akan patah hati andai itu benar-benar terjadi. Namun setidaknya dengan itu ia tidak akan kehilangan putrinya meski antara Devan dan Salvia akan mengalami kecanggungan. Tak apa, itu wajar. Dan jika sekiranya Devan tidak bisa juga berpaling pada Shamanta, Drizella tidak akan merasa berat kalau memang harus Salvia yang menjadi adik iparnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Uncle
RomansaDemi menarik perhatian sang paman, Salvia rela melakukan apa pun. Bahkan tak segan menggodanya terang-terangan. Membuat perlahan Devan meliriknya. Salvia sadar tubuhnya yang membuat sang paman tertarik, tapi Salvia tidak peduli, dia yakin lambat lau...