Happy Reading!!!
***
“Hmm, wangi banget. Adik Kakak yang ganteng udah mandi, ya?” Salvia mengendus bau harum adiknya yang begitu menenangkan, membuat Salvia candu dan selalu tidak tahan untuk tidak mencium adik bayinya yang menggemaskan itu. Namun Salvia harus menunda keinginannya lebih dulu mengingat dirinya baru saja pulang. Dan Drizella selalu melarang Salvia dekat-dekat Kara jika belum mandi. Katanya di luar banyak kuman, nanti kena Kara.
Tapi memang dasar Salvia yang bandel, setiap pulang dari mana pun pasti Kara yang di hampiri lebih dulu. Hanya saja Salvia memang tidak berani untuk mencium adiknya. Salvia sadar dirinya kotor setelah seharian beraktivitas di luar. Bagaimanapun Salvia tidak ingin adiknya sakit karena dirinya yang tidak higenis. Jadi lah Salvia mengalah, menyimpan keinginannya untuk menguyel adiknya. Sebagai ganti Salvia tidak akan berhenti menciumi Kara sebelum dirinya puas. Tapi sepertinya hari ini Salvia harus menunda lebih lama keinginan itu karena ada hal yang harus dirinya selesaikan lebih dulu selain mandi.
“Uncle Devan belum pulang ke apartemennya ‘kan Ma?” tanya Salvia sebelum memutuskan untuk pamit dan naik ke kamarnya.
“Belum. Kenapa memangnya?”
“Ada sesuatu yang harus aku bicarakan,” jawab Salvia tanpa menjelaskan mengenai hal apa itu.
Drizella sejujurnya penasaran, namun tidak ingin memaksa Salvia untuk mengatakannya. Drizella tidak ingin membuat hubungannya dengan sang putri kembali menegang. Itu tidak nyaman. Jadi sebisa mungkin Drizella menahan diri untuk tidak bertanya lebih. Drizella tidak ingin terlalu ikut campur. Biarlah, toh Salvia dan Devan sudah besar. Drizella yakin Salvia bisa menyelesaikan masalahnya dengan Devan. Entah apa itu, tapi Drizella yakin apa yang akan Salvia bicarakan dengan Devan merupakan hal yang serius. Terlihta jelas dari wajah Salvia dan nadanya yang terdengar dingin dan datar.
“Ya udah deh kalau gitu aku naik dulu,”
Drizella hanya menganggukan kepala sebagai tanggapan. Setelahnya Salvia melirik adik mungil kesayangannya, mengajak ngobrol sebentar setelah itu berlari pergi ke lantai atas di mana kamarnya dan kamar yang Devan tempati berada.
Sekembalinya dari rumah sakit semalam, Drizella meminta Devan untuk tinggal di rumah ini. Katanya biar kejadian seperti ini tidak terjadi lagi. Drizella begitu khawatir. Dan Darian yang paham akan kecemasan istrinya meminta Devan menuruti keinginan Drizella. Membuat pria itu akhirnya pasrah.
Seperti biasa, tanpa mengetuk pintu lebih dulu Salvia masuk ke dalam kamar Devan. Membuat si penghuni cukup terkejut dan sontak melayangkan tatapan protesnya. Jika biasanya Salvia akan memberikan cengiran polosnya, kini tidak ada ekspresi apa pun. Tatapannya lurus tertuju pada Devan yang berada duduk di ranjang dengan laptop di pangkuan. Membuat laki-laki itu mengerutkan kening, melihat heran keponakannya.
“Kamu baru pulang sekolah?” tanya Devan terdengar tak suka saat menyadari pakaian Salvia belum berganti. Membuat Devan yakin tebakannya benar. Bahkan sepertinya Salvia belum sama sekali menyinggahi kamarnya untuk sekadar menyimpan tas. Melihat itu masih berada di punggungnya.
“Iya,” jawab Salvia dengan raut wajah melunak seraya duduk di sisi ranjang Devan. “Tadi abis ke toko buku dulu sama Amara, beli kamus bahasa Jerman,” lanjutnya sembari melirik ke arah Devan demi bisa melihat reaksi laki-laki itu. dan Salvia puas ketika mendapati wajah keras Devan yang di susul dengan dengusan pelan sebelum pria itu memalingkan muka ke arah lain.
“Kondisi Uncle gimana sekarang, udah enakan?” Salvia bertanya dengan nada lembut. Tidak sama sekali menghiraukan Devan yang terlihat kesal. Salvia hanya tersenyum kecil, meski inginnya menyunggingkan senyum lebar dan memeluk Devan dengan erat. Wajah ngambek Devan benar-benar terlihan menggemaskan.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Uncle
RomansaDemi menarik perhatian sang paman, Salvia rela melakukan apa pun. Bahkan tak segan menggodanya terang-terangan. Membuat perlahan Devan meliriknya. Salvia sadar tubuhnya yang membuat sang paman tertarik, tapi Salvia tidak peduli, dia yakin lambat lau...