8

449 26 12
                                    

Brakk

Kiren berdiri tegang melihat seseorang di depannya terjatuh dari tempat tidurnya karena dia terus memberontak meminta di lepaskan. Hati Kiren sakit melihatnya mengeluarkan seluruh tenaganya untuk melepaskan diri.

"Tolong lepaskan Ibu!" pinta Erlangga berdiri di samping Kiren.

Kiren menoleh untuk melihat wajah Erlangga. Kiren dapat melihat raut khawatir di wajah Erlangga.

"Erlangga."

Kamelia mendekati Erlangga dan memeluk anaknya itu. Menangis ketakutan di pelukan Erlangga. "Er, kamu nggak kenapa-kenapa kan?" tanya Kamelia mengecek Erlangga.

Erlangga mengangguk. "Aku gapapa."

Kamelia mencium kening Erlangga. "Ibu mau pulang! Orang-orang disini jahat, kamu kesini buat ajak Ibu pulang kan? Disini nggak ada Ayah kamu! Ibu mau tunggu Al di rumah!"

Erlangga tak menggubris perkataan Ibunya. Erlangga menarik tangan Kiren agar Kamelia menyadari kehadiran Kiren.

"Ibu, aku bawa Kiren kesini." Erlangga memperkenalkan Kiren.

Kiren memutar tubuhnya, melihat Kiren yang berdiri di belakangnya sejak tadi. Kiren tersenyum kaku melihat Kamelia yang akhirnya menyadari kedatanganya.

"Kiren? Ini Kiren kan? Anaknya Pak Bisma?" tanya Kamelia langsung menghampiri Kiren dengan perasaan senang.

Kiren mengangguk. "I-iya."

"Wahh, akhirnya kita bertemu juga. Aduh! Ternyata kamu lebih cantik dari di foto ya."

Kiren tersenyum kaku dan canggung. "Ma-makasih Tante."

Foto? Pasti Ayahnya sudah menunjukkan fotonya ke Kamelia.

"Oh iya, ayok kita ngobrol-ngobrol! Tante mau kenal sama kamu dong," ajak Kamelia meraih tangan Kiren lalu menggenggamnya. "Er, gapapa kan kalau Ibu pinjam Kiren dulu?" tanya Kamelia yang langsung diangguki oleh Erlangga.

Kiren mengangguk lalu mengikuti Kamelia dan Erlangga ke ruang tengah. Kiren duduk di dekat Kamelia sedangkan Erlangga pergi entah kemana. Kiren ditinggalkan berdua sama dengan Kamelia membuat Kiren merasa sangat canggung sekarang.

"Kamu sudah makan siang belum?" tanya Kamelia melihat jam dinding sudah menunjukkan pukul dua siang.

Kiren mengangguk. "Sudah, Tante."

"Oh gitu. Hmm, Tante dengar katanya kamu belum mau terima perjodohan kamu sama Erlangga ya? Tante boleh tahu alasannya?" tanya Kamelia sambil memberikan senyuman ke Kiren.

Kiren sedikit ragu untuk menjawabnya tapi ia tak mungkin diam saja. "Gimana ya, aku nggak pernah dekat sama cowok, pacaran aja nggak pernah. Aku kaget banget pas tahu mau di jodohin sama orang yang nggak aku kenal. Sebenarnya aku udah nolak tapi Ayah sama Mama selalu maksa aku buat jawab iya."

Kamelia terdiam tak membalas jawaban Kiren. Kiren menjadi takut, apa iya sudah salah bicara ya? Kiren melirik wajah Kamelia, Kiren melihat wajah Kamelia yang lesu dan pucat.

"Kiren maaf ya, Tante yang minta perjodohan ini. Kamu pasti tertekan ya sama permintaan Tante?"

Kiren sedikit merasa bersalah membuat Kamelia sedih dan ia juga takut Kamelia kembali mengamuk karena kata Erlangga, Kamelia tidak boleh cemas atau penyakitnya akan kambuh.

"Aku memang sedikit tertekan tapi ini bukan salah Tante kok! Cuman maaf, aku belum bisa menerima perjodohannya," jawab Kiren berusaha selembut mungkin mengubah cara bicaranya agar Kamelia tidak sedih.

Kamelia meraih tangan Kiren. "Alasan Tante jodohin kamu sama Erlangga karena Tante nggak mau Erlangga sendirian. Kamu pasti kaget ya lihat Tante di ikat dan teriak-teriak kayak orang gila? Tante punya penyakit, mungkin Erlangga sudah jelaskan ke kamu soal penyakit Tante."

ERLANGGA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang