34

233 11 5
                                    

Erlangga mengesap batang rokoknya. Saat ini Erlangga sedang merokok di ruangan khusus merokok bersama orang-orang asing. Kiren sedang ke toilet dan nanti Kiren mau ke toko buku memilih buku novel yang dia suka. Erlangga sudah memberikan kartu kredit untuk Kiren gunakan.

Kiren berjalan-jalan memasuki toko buku sendirian. Kiren sengaja menyuruh Erlangga menunggunya di luar sambil merokok karena Kiren tahu Erlangga tidak suka dengan buku.

Kiren melihat-lihat buku Novel terbaru yang menarik matanya. Kiren mengambil beberapa buku. Hingga akhirnya dia membeli sekitar 6 buku Novel. Kiren membelinya dengan uang dari Erlangga.

Setelah selesai, Kiren keluar dari toko buku lalu menghampiri Erlangga yang sudah selesai merokok. Erlangga sedang berjalan menghampirinya.

Kiren tersenyum tipis lalu ikut melangkah ke Erlangga. Kiren menunjukkan buku novel yang baru dia beli sambil tersenyum lebar.

"Gue beli 6 buku, gapapa kan?" tanya Kiren mengembalikan kartu kredit Erlangga.

Erlangga mengangguk. "Beli 100 buku juga masih mampu gue."

"Kebanyakan, 6 dulu aja."

"Yaudah, kita makan yuk! Gue laper nih!"

"Habis ngerokok jadi laper?" tanya Kiren mengerjapkan matanya beberapa kali.

Erlangga merangkul pundak Kiren. "Ya kan rokoknya cuman gue hisap, nggak gue makan!"

"Oh gitu."

Erlangga membawa Kiren ke salah satu restoran yang berdekatan dengan toko buku. Erlangga dan Kiren langsung memesan makanan.

"Er, gimana kalau kita ubah cara ngobrol kita? Lo mau gak?" pinta Kiren menatap mata Erlangga.

"Diubah kayak apa?" tanya Erlangga tak mengerti.

"Aku kamu, bukan lo gue lagi."

Erlangga mengangguk sambil tersenyum. "Boleh."

"Oke. Mulai sekarang ya!" pinta Kiren yang langsung diangguki oleh Erlangga.

"Iya, sayang."

Kiren tersenyum senang mendengarnya. Tak lama makanan mereka tiba. Erlangga dan Kiren langsung memakannya.

Sehabis makan, Erlangga membelikan jus mangga untuk Kiren.

"Tanpa gula!" ucap Erlangga sambil memberikan jus mangga ke Kiren.

Kiren tersenyum. "Lo nggak beli juga?" tanya Kiren karena Erlangga hanya membawa satu cup saja.

Erlangga menggelengkan kepalanya sambil merangkul pundak Kiren. Erlangga mendekatkan wajahnya ke wajah Kiren.

"Aku kamu! Bukan lo gue lagi! Padahal kamu loh yang nyaranin tadi."

Kiren menepuk jidatnya lalu menoleh ke Erlangga. "Aku lupa."

Erlangga membawa Kiren masuk ke dalam toko yang menjual barang-barang rumah tangga. Erlangga dan Kiren melihat-lihat barang yang dijual. Mulai dari alat dapur, vas bunga, bingkai foto, lemari hingga meja kursi.

"Dirumah kamu yang belum ada apa aja?" tanya Kiren menatap wajah Erlangga.

Erlangga menaikkannya kedua bahunya. "Gak tahu, bentar deh! Aku tanya Johan dulu," jawab Erlangga. Erlangga membuka ponselnya untuk menghubungi Johan.

"Halo?"

"Coba sebutin apa aja yang belum ada di rumah baru gue?" pinta Erlangga menyalakan mode speaker agar Kiren bisa mendengarnya juga.

"Belum ada baju-baju lo."

Erlangga berdecak kesal mendengarnya. "Ck! Selain itu!"

"Gak ada. Udah komplit Er!"

ERLANGGA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang