14

355 19 3
                                    

"Kata Paman, lo udah nerima perjodohan kita ya?"

"Uhuk!!"

Kiren tersedak mendengar pertanyaan Erlangga barusan. Kini Kiren dan Erlangga sedang berada di cafe dekat SMA Matahari. Erlangga memaksa Kiren untuk menemaninya merokok sebelum mengantarkan Kiren pulang. Tentu saja Kiren menolaknya tapi Erlangga memaksanya terus.

"Baru di tanya gitu aja udah kaget, gimana kalau gue tanya siap nggak jadi istri? langsung modyar pasti!" ujar Erlangga sambil memberikan tisu untuk Kiren.

Kiren mengambil tisu pemberian Erlangga. "Apaan sih! Gue itu nggak kuat sama bau asap rokok!!"

"Oh gitu! Kirain salting tadi!" Mendengar itu, Erlangga langsung mematikan rokoknya. Menginjaknya hingga tak mengeluarkan asap lagi. "Ini terakhir kali gue ngerokok di depan lo dengan sengaja, kalau lo ngeliat gue ngerokok itu artinya nggak sengaja."

"Ck. Terserah! Tapi.. Ayok pulang Er!"

Erlangga menggeleng. "Nanti aja. Ortu lo belum pulang, nanti lo sendirian di rumah! Gue juga gak bisa asal masuk buat nemenin lo, kita kan belum sah."

"Da-darimana lo.." Kiren melirik ponsel Erlangga. "Ah, Bokap gue ya yang ngasih tahu?"

Erlangga mengangguk. "Kalau bukan Paman, siapa lagi?"

Kiren tersenyum miring. "Bokap gue juga kah yang ngasih tahu kalau gue terima perjodohan kita?" tanya Kiren menatap ponsel Erlangga.

Erlangga menghela pelan. Ia mendorong ponselnya ke depan Kiren.

"Baca aja. Gue tahu lo marah sama Paman jadi baca aja semua pesan dia."

Kiren menatap Erlangga dengan lekat. Apa benar dia boleh membuka ponsel Erlangga dan melihat pesan-pesan Bisma dengannya? Kiren ragu sekarang.

Erlangga mengusap wajahnya. "Kiren." Erlangga menatap balik mata Kiren.

"Privasi gue menjadi publik lo! So, Jangan ragu buat percaya!"

Kiren mengangguk. Kiren akan mempercayai Erlangga. Kiren mulai menyalakan ponsel Erlangga lalu ke aplikasi chat. Begitu banyak pesan masuk di ponsel Erlangga yang jarang Erlangga balas pesannya. Mulai dari orang-orang yang cari perhatian sampai orang-orang penting pun mengirimkan pesan ke Erlangga.

Kiren membuka riwayat pesan Bisma. Bisma tak banyak mengirim pesan kepada Erlangga, hanya pesan singkat saat Kiren mengurung diri di kamar lalu saat Kiren libur sekolah dan yang terakhir pesan tentang Kiren menerima perjodohan serta rencana Bisma pergi bersama Nita. Bisma meminta tolong Erlangga untuk membawa Kiren jalan-jalan sampai malam.

"Sampai malam?"

Erlangga mengangguk. "Iya. Mau kan? Itu permintaan Paman loh bukan permintaan gue!"

Kiren menyipitkan matanya. "Kalau gue nolak gimana?"

"Gue paksa!"

Kiren berdecak. "Ck. Mending nggak usah capek-capek nolak kalau begitu sih!"

Erlangga tertawa pelan. "Bagus-bagus! Calon Istriku memang penurut ya!"

Tiba-tiba Kiren merasa malu setelah mendengar ucapan yang di lontarkan Erlangga barusan. Ucapan yang membuat harapan Kiren menjadi besar. Benarkah sekarang dia adalah calon istrinya Erlangga? Membayangkannya saja seperti tidak nyata.

"Lu-luka lo kenapa belum di obatin?" tanya Kiren mengalihkan pembicaraan.

Erlangga menyentuh luka di pipinya. "Oh, udah nggak sakit lagi jadi biarin aja lah!"

Kiren tak mengerti kenapa Erlangga suka sekali melukai dirinya sendiri. Kiren belum mengenal Erlangga sepenuhnya. Kiren hanya tahu Erlangga adalah anak biadap, ketua Geng Laskar, perokok akut dan mudah marah tentunya.

ERLANGGA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang