Seluruh murid di SMA Matahari di kumpulkan tak terkecuali anak-anak yang sering membolos pelajaran seperti anggota Geng Laskar termasuk Erlangga pun ikut di kumpulan di lapangan bersama murid lainnya. Erlangga benar-benar terpaksa ikut berkumpul karena banyak guru yang memaksanya bahkan Pak Harto, si guru killer ikut memaksanya dan mengawasinya juga. Erlangga berdiri di barisan paling belakang tepat di sebelah Pak Harto berdiri.
Kepala sekolah SMA Matahari mengumpulkan seluruh murid di sekolahnya untuk mendengarkan informasi yang akan dia sampaikan terkait tata tertib baru dan juga sistem belajar yang akan jauh lebih ketat. Kiren yang mendengarnya sangat senang, itu artinya sekolahnya semakin maju dalam sistem pembelajaran mereka.
"Satu hal lagi yang perlu Bapak beritahu kepada kalian yaitu hari ini kita kedatangan Pemilik Sekolah, Bapak Dokter Alaska Niko Pamungkas," ujar Pak Kepala Sekolah sambil mempersilahkan Alaska untuk menaiki podium.
Erlangga membuka mata lebar-lebar saat melihat seseorang yang sudah lama tidak ia lihat. Sangat lama sampai Erlangga tak pernah tahu wajahnya seperti apa sekarang. Erlangga hanya tahu sebatas nama saja selama ini.
Alaska, Niko atas Pamungkas. Terserah ingin memanggilnya pakai nama apa yang pasti Erlangga tak ingin memanggilnya dengan sebutan Ayah. Erlangga mencengkeram kuat ujung seragamnya.
Erlangga menahan amarah hingga urat nadi di lehernya terlihat, hingga wajah dan matanya memerah.
"Apa kabar anak-anak?" tanya Alaska menggunakan microfon di podium.
"Baik Pak."
Erlangga tak ikut menjawab seperti anak-anak lainnya. Erlangga masih diam seribu bahasa sambil melihat Alaska yang sedang menyampaikan maksud tujuan dia datang.
"Bapak hari ini sempatkan hadir untuk melihat anak-anak murid yang memiliki semangat belajar tinggi. Bapak harap kalian serius dan fokus saat belajar agar masa depan kalian cerah. Bapak ingin setelah lulus dari sini, kalian akan menjadi anak yang sukses di jalan masing-masing dan jangan lupakan masa-masa SMA ini ya," ujar Alaska.
Erlangga menoleh ke sampingnya. Ada Pak Harto yang sedang mendengarkan ucapan Alaska.
"Pak, dia ayah saya bukan?" tanya Erlangga dengan raut wajah serius.
Pak Harto heran mendengar pertanyaan Erlangga. "Kamu nggak mengenali ayah kamu sendiri?"
Erlangga menggeleng. "Nggak Pak, saya cuman tahu namanya aja."
"Kok bisa?"
"Ayah ninggalin saya dan Ibu waktu saya kecil, Ibu buang semua foto-fotonya dan larang saya buat nyari-nyari Ayah."
Pak Harto terdiam mendengarnya. Itu artinya Erlangga pertama kali melihat Ayahnya lagi setelah sekian lama Alaska meninggalkannya. Pak Harto pun penasaran dengan Alaska, apa beliau mengenali anaknya sendiri atau tidak nantinya.
"Pak! Dia datang karena saya atau bukan?" tanya Erlangga lagi penasaran.
Pak Harto ikut menoleh menatap Erlangga. "Iya. Kaget ya? Makanya jangan bikin masalah terus, Erlangga Bagas Pamungkas!"
Erlangga menggeleng. "Nama saya Erlangga Bagas Pak!"
"Iya itu!"
"Pak, saya nggak bercanda loh! Lihat deh muka saya udah muka marah nih! Dia beneran mau ketemu saya atau cuman mau omong kosong doang di sana?" tanya Erlangga pada Pak Harto.
Pak Harto tersenyum menanggapi pertanyaan Erlangga.
"Pak! Jangan senyum-senyum gitu tapi jawab dong Pak! Saya serius Pak!"
"Kamu tunggu aja, nanti Pak Alaska mau ketemu kamu habis ini."
Erlangga mengangguk. Ia tak sabar bertemu dengan Alaska. Erlangga tak berharap Alaska mengingatnya, Erlangga hanya ingin menyampaikan rasa sakit yang ia rasakan saat ia membutuhkan sosok Ayah di sampingnya. Dan Erlangga juga ingin membuat Alaska merasa bersalah. Erlangga tetap diam sampai Alaska selesai berbicara dan semua murid masuk ke kelas masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
ERLANGGA [END]
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM BACA] ERLANGGA BAGAS. Nama cowok gila yang hobi berkelahi, merokok, bolos pelajaran setiap hari. Ketua dari geng LASKAR beranggotakan 13 cowok tampan termasuk dirinya tapi.. tapi mereka itu geng biadab yang selalu berbuat onar d...