11

369 27 15
                                    

Jangan mampir aja, vote juga dong!! hehe.. makasih sudah mampir ^^


*****


Pagi ini seluruh guru SMA Matahari mengadakan rapat seharian. Seluruh murid di liburkan hari itu. Kecuali seluruh Anggota Geng Laskar dipaksa untuk datang ke sekolah mengikuti rapat itu.

Erlangga memimpin para anggotanya. Erlangga tetap diam mendengarkan nasihat-nasihat dari para guru yang ingin Erlangga berhenti membolos kelas, serius dalam pelajaran dan berhenti mencari masalah di luar sekolah.

"Kamu ini dengarkan apa yang Bapak bilang atau tidak?"

"Dengar Pak!" jawab Setiawan yang duduk di belakang Erlangga.

Pak Harto mengusap wajahnya. "BAPAK NGGAK TANYA KAMU!!"

"Ya maaf Pak, saya kan cuman pengen jawab aja."

Dino mengangguk. "Daripada nggak ada yang jawab Pak, masih untung Setiawan mau jawab loh Pak!"

"Pusing kepala Bapak!"

"Minum obat Pak!" sahut Johan

"Minum itu aja Pak, obat kuat! Biar kuat! Biar Seterong!" sahut Deka ikut-ikutan. Deka mengangkat kedua tangannya lalu menunjukkan otot lengannya.

"Bahaya Dek! Pak Harto udah tua, nanti overdosis dia! Obat Herbal aja Pak!" sahut Setiawan ikut-ikutan juga. "Atau nggak minum jamu buyung upil Pak!"

"Buyungnya lagi ngupil, hahaha!" timpal Deka sambil tertawa.

Pak Harto menghela napas panjang. "Kalian ini!!"

Erlangga tersenyum miring. Erlangga tiba-tiba berdiri lalu menoleh ke seluruh anggotanya.

"Maaf Pak. Saya tidak akan berhenti sebelum saya bertemu dengan Ayah saya! Tolong katakan pada beliau, jika memang punya nyali temui saya secara langsung! Katakan juga pada beliau jika uang yang saya hasilkan bisa membeli apa yang dia hasilkan!" jelas Erlangga dengan tegas dan lantang. 

"Saya tahu beliau merahasiakan identitasnya saat saya menjadi murid di sekolahannya tapi mau sampai kapan beliau merahasiakan hal itu? Apa iya harus menunggu saya marah dulu?"

Erlangga membuat semua guru terdiam. Ini adalah rahasia yang tersembunyi dan Erlangga membicarakan itu di depan para anggota dan para guru-guru juga.

"Ah, Iya Pak! Geng Laskar tidak akan pernah hilang! Saya tidak akan membiarkan hal itu! Jika kesabaran saya habis, iblis di diri saya bisa saja ngehancurin sekolah ini!" ancam Erlangga dengan berani. "SMA Matahari, nggak ada bedanya sama sekolah para gelandangan!"

Plak

Pak Harto menampar Erlangga hingga pipinya memerah. "JAGA UCAPANMU!!"

Erlangga mengelus pipinya. Erlangga mengeluarkan lembaran uang kertas dari kantongnya lalu melemparkan uang itu di depan wajah Pak Harto.

"Ini untuk permintaan maaf saya karena tidak bisa menjaga sikap saya! Karena saya tidak akan meminta maaf pada kalian jadi biarkan uang saya yang berbicara!"

Erlangga memberi kode kepada seluruh anggota Geng Laskar untuk ikut dengannya keluar dari ruang rapat.

"Ayok keluar!" perintah Erlangga.

Erlangga berjalan dengan tatapan tegas dan tajam. Pipinya masih terasa panas dan pastinya memerah. Erlangga juga merasakan perih di ujung bibirnya, sepertinya bibirnya terluka.

ERLANGGA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang