46

260 11 2
                                    

BRAKK

Pintu kamar inap Erlangga terbuka lebar dan di sana berdiri seorang gadis cantik dengan raut wajah paniknya. Erlangga tersenyum lebar melihat gadisnya datang.

Erlangga melebarkan kedua tangannya. Meminta Kiren melangkah mendekatinya agar dia bisa memeluknya.

Kiren menahan tangis yang ingin dia keluarkan. Perlahan-lahan Kiren melangkah mendekati Erlangga.

Kiren memeluk Erlangga erat begitupun Erlangga yang membalas pelukan Kiren dengan erat juga.

"Gais, laper nggak? Ke kantin aja yuk!" ajak Johan peka dengan suasana.

Johan dan semua anak Laskar mulai keluar dari ruangan. Mereka membiarkan Erlangga bersama Kiren.

Kiren tidak mampu lagi menahan air matanya. Kiren mulai menangis hingga Erlangga mendengar suara rintihannya.

"Jangan nangis," ucap Erlangga sambil melepaskan pelukannya.

Kiren mengelap air mata yang sudah jatuh ke pipinya. Kiren duduk tepat di samping Erlangga. Kiren memeluk lengan Erlangga erat.

"Aku lega akhirnya kamu bangun juga. Aku nggak bisa jalanin hari tanpa kamu."

Erlangga tersenyum manis. Erlangga menarik tangan Kiren mendekati bibirnya lalu mencium punggung tangan Kiren.

"Kamu harus tahu. Aku juga nggak bisa tanpa kamu."

Kiren menyenderkan kepalanya di pundak Erlangga.

"Er."

"Hmm?"

"Kapan kamu sadar?"

"Tadi pagi."

Kiren menghela napas. Itu artinya anak-anak laskar sudah tahu bahwa Erlangga sudah sadar tetapi tidak ada yang mau memberitahunya.

"Anak Laskar nyebelin ya! Sama kayak bosnya!" kesal Kiren.

"Gitu deh!" Erlangga mengelus rambut Kiren.

Kiren dan Erlangga terus mengobrol. Mulai dari berbagai hal yang dilakukan Kiren untuk mengubah kebiasaan Anak Laskar hingga tentang Alaska yang sudah sembuh dan juga tentang Reyno yang menghilang.

"Ibu kayaknya udah sembuh deh Ren! Waktu aku bangun, aku kena omel sama dia karena berurusan sama Ayah. Nggak biasanya Ibu begitu, setiap dengar tentang Ayah biasanya Ibu akan histeris atau panik sendiri. Untuk pertama kalinya, Ibu marahin aku dan larang aku buat dekat-dekat sama Ayah lagi."

Kiren terkejut mendengar. "Tante Kamelia udah sembuh? Serius?"

"Mungkin. Nggak pasti juga."

"Terus rencana kamu apa selanjutnya?"

Erlangga menoleh ke Kiren, menatap mata Kiren. "Aku mau nikah sama kamu!"

"Ihs!"

Plakk

Kiren memukul lengan Erlangga kencang hingga Erlangga meringis.

"Yang serius Er! Kita kan sepakat menikahnya nanti!"

Erlangga masih mengelus lengannya. "Punya Ibu sama Pacar, sama-sama tukang pukul!"

Kiren membantu Erlangga mengelus lengan Erlangga yang tadi dia pukul.

"Aku mau jalanin hari kayak biasanya aja. Kalau memang Ibu udah sembuh, aku akan pulang ke rumah dan untuk Ayah, aku nggak bisa berharap banyak selain pantau dia dari jauh. Soalnya Ayah udah punya keluarga dan gak mungkin juga balik ke Ibu. Aku gak bisa maksa perasaan Ayah dan Ibu."

ERLANGGA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang