27

263 10 1
                                    

Kiren menundukkan kepalanya. Dia menangis dalam diam sambil terus memikirkan ucapan Erlangga dengan harapan Erlangga tidak bersungguh-sungguh dengan ucapannya itu. Saat ini Kiren sedang menaiki bus yang mengarah kerumahnya.

Kiren tak tahu kenapa Erlangga berkata seperti itu, Kiren rasa hubungannya baik-baik saja dan Kiren juga sudah menerima Erlangga tapi kenapa Erlangga justru ingin membatalkan perjodohannya? Kenapa harus dibatalkan saat dia sudah menerimanya. Menyebalkan bukan?

Beberapa saat kemudian, busnya  sampai di halte dekat perumahannya. Kiren segera turun namun dia tidak langsung pergi masuk ke dalam perumahan. Kiren duduk diam di halte bus sambil terus menundukkan kepala.

Kiren bahkan tidak menyadari kehadiran Johan yang terus mengikutinya.

"Hah, nyebelin!" kesal Kiren lalu menendang kayu di dekatnya.

Kiren berdiri lalu menghentikan sebuah taksi yang lewat di depan halte. Melihat hal itu membuat Johan langsung panik sebab dia tidak bisa mengikuti Kiren.

Johan berlari menghampiri ojek pengkolan.

"Bang, ikutin taksi itu bang!"

"Ongkosnya mahal ya? Kan nggak jelas nih tujuannya!" ucap Abang ojek.

Johan menepuk pundak Abang ojek. "Gampang Bang! Ayok buruan!"

"Pakai Helmnya dulu," ucap Abang ojek sambil memberi helm penumpang pada Johan.

Johan segera memakainya dengan terburu-buru. "Ayok bang buruan! Nanti ketinggalan jejak!"

Di dalam taksi, Kiren mengambil ponselnya. Dia menghubungi Ayahnya. Kiren ingin bertemu dengan Bisma di kantornya. 

"Iya, Ayah. Aku lagi dijalan."

"Hati-hati dan kabarin Ayah setelah sampai."

"Iya, Ayah."

Kiren ingin menanyakan ke Bisma secara langsung tentang perjodohannya dengan Erlangga. Kiren ingin mempertahankan Erlangga. 


*****


Erlangga mengacak rambutnya sambil menghela napas. Dia sangat frustasi ingin memihak kepada siapa. Ayah atau Ibu. Kedua orang itu sama saja, sama-sama brengsek. Yang satu terlalu obsesi dan yang satunya terlalu naif.

Erlangga merebahkan tubuhnya di sofa ruang tamu. Erlangga mengambil ponselnya kemudian dia menelepon Johan untuk menanyakan keadaan Kiren.

"Halo, gimana?"

"Kacau Er! Nih Kiren lagi di kantor nyokap lo, kayaknya dia ketemuan sama bokapnya deh."

Menemui Ayahnya? Buat apa? Sepertinya Kiren ingin menanyakan soal pembatalan perjodohan yang tadi Erlangga ucapkan saat di Cafe. Percuma saja Kiren kesana karena Erlangga belum membatalkan perjodohan mereka, Erlangga hanya mengutarakan niatnya saja tadi. Kiren sudah salam paham.

Erlangga mengangguk pelan. "Biarin aja, sekarang lo pulang aja. Biarin Kiren sama Bokapnya."

"Tapi Er, gapapa nih seriusan? Kalau Kiren marah gimana?"

"Marah kenapa? Gue belum ambil keputusan apa-apa dan bokapnya juga nggak akan tahu apa-apa."

"Ah bener sih. Ya udah gue balik nih ya! Kiren juga udah sama bokapnya."

"Iya, makasih ya."

"Santai aja Bos!"

Tak

ERLANGGA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang