31

242 12 1
                                    

Tangannya terbiasa memukul, mulutnya terbiasa memaki dan kakinya terbiasa menginjak-injak harga diri lawannya.

Siapa yang tak kenal dia, Teresa Liza. Sejak putus dengan Erlangga, dia jadi uring-uringan mencari celah agar bisa balikan menjadi pacar Erlangga.

"Minggir!" pinta Teresa bernada ketus. Langkah Teresa terhalang karena seorang gadis tengah menyapu lantai kelas dan gadis itu adalah Kiren.

Mutiara yang sedang melihat Teresa mengusir Kiren langsung menghampiri mereka. "Jalan masuk ke kelas masih luas! Harus banget ya pagi-pagi udah cari masalah sama Kiren?"

Teresa berdecak kesal mendengarnya. "Ck! Terserah!!"

Teresa langsung pergi masuk ke dalam kelasnya.

"Dih, cewek gila!"

Kiren menggeleng pelan lalu menepuk pundak Mutiara agar tidak lagi berurusan dengan Teresa. Kiren kembali lanjut menyapu lantai kelas. Setelah itu dia dan Mutiara duduk ke tempat duduk mereka.

Kiren membuka isi tasnya, ia mengecek buku-buku yang akan di pelajari hari ini. Kiren merasa ada satu buku yang kurang. Saat mengecek kembali, Kiren tersadar bahwa ada satu buku yang biasanya selalu ada di dalam tasnya. Buku Novelnya. 

"Aduh!"

"Kenapa Ren?" tanya Mutiara penasaran.

"Gue lupa bawa novel."

Mutiara memutar bola matanya malas. "Gue kira apa! Cuman novel," ucap Mutiara.

Kiren meletakkan kembali tasnya. Biasanya dia akan membaca buku novel sebelum bel atau saat istirahat atau saat mau pulang atau saat jam kosong, intinya saat waktu kosong Kiren akan membaca buku novelnya. Kiren menghela napas panjang, Kiren merasa hampa tanpa buku novel. Dia tidak bisa bertemu dengan manusia fiksinya.

Tok tok tok

Kiren dan Mutiara kompak menoleh ke pintu kelas. Di depan kelas mereka ada Johan dan Deka. Entah kenapa Kiren merasa Dejavu dengan kehadiran mereka berdua apalagi mereka melambaikan tangan kearahnya.

Kiren berdiri lalu melangkah mendekati mereka. "Nyari gue?" tanya Kiren.

Johan mengangguk sambil memberikan kotak bekal ke Kiren. Benar-benar Dejavu.

Kiren tersenyum sambil menerima kotak bekal itu. "Dari Er?"

"Bukan, dari Angga Ren!" jawab Deka yang mencegah Johan membalas Kiren.

Johan memberi tatapan tajam ke Deka. "Ck!"

"Angga siapa?"

Angga? Siapa dia? Kiren melihat kotak bekal di tangannya. Kotak bekal ini sama persis seperti kotak bekal yang pernah Erlangga kasih kepadanya saat itu.

"Angga ya Er. Kan Erlangga!" ucap Deka sambil tersenyum lebar.

"Hah?!" Kiren langsung memberikan tatapan tajam pada Deka.

"Lagi kurang obat Ren, tolong di mengerti!" ujar Johan sambil merangkul Deka dengan paksa.

Kiren mengangguk pelan. Johan pun pamit padanya sambil menyeret Deka bersamanya. Melihat hal itu, Kiren hanya tertawa kecil sambil menggelengkan kepalanya.

Kiren kembali duduk di tempat duduknya. Dia membuka kotak bekal dari Erlangga. Nasi goreng dengan telur mata sapi dan sosis. Kiren tersenyum senang melihatnya.

"Perhatian banget pacar lo Ren!" ucap Mutiara senang melihat Kiren mendapat perhatian dari Erlangga.

Kiren mengangguk lalu menutup kembali kotak bekalnya. "Kalau nggak perhatian, nggak gue terima dia jadi pacar gue!"

ERLANGGA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang