21

316 18 7
                                    

Erlangga membawanya dengan paksa ke kelasnya. Kiren hanya bisa pasrah saja sambil melangkah bersama Erlangga. Kiren mendongakkan kepalanya ke samping, melihat wajah Erlangga yang ditekuk seperti orang yang sedang marah atau kesal. Tapi kesal karena apa? Apa iya pacarnya sedang cemburu karena Reyno tadi?

"Er, lo cemburu?" tanya Kiren sekedar ingin tahu saja.

Erlangga mengangguk. "Bolehkan gue cemburu?" tanya Erlangga melirik sekilas ke Kiren lalu membuang pandangannya dari Kiren.

Kiren tersenyum senang. "Boleh, kalau lo cemburu justru gue seneng. Itu artinya lo beneran suka sama gue."

Erlangga tak menjawab, dia makin kesal.

Kiren menghentikan langkahnya tepat di depan kelasnya. "Er, lo harus tahu satu hal."

"Apa?"

"Gue suka sama Reyno," ucap Kiren memancing kekesalan Erlangga.

Erlangga menghela napas pelan. "Terus?"

"Iya, gue suka banget sama Reyno tapi tenang aja, gue lebih suka lo! Emang sih, lo bukan cowok sebaik Reyno! Lo suka ngerokok, suka mukulin orang, keras kepala, nyebelin dan juga nyeremin!"

Kiren mendekati Erlangga, menyentuh pipi Erlangga yang ada bekas lukanya. "Siapapun yang gue suka pasti cuman lo yang menjadi masa depan gue!"

Erlangga tersenyum miring, menyentuh tangan Kiren yang menyentuh pipinya. "Makasih."

"Jangan cemburu lagi!"

Erlangga mengangguk pelan. "Iya."

Kiren tersenyum lebar, seburuk apapun Erlangga dimata orang lain. Sebetulnya Erlangga hanya anak nakal yang tidak mendapat perhatian dihidupnya. Karena itulah dia menjadi anak nakal supaya orang-orang banyak memperhatikannya. Memang sih caranya salah tapi Erlangga sudah terlanjur menjadi anak nakal.



*****


Di sebuah kamar bernuansa putih hitam itu. Laki-laki terus menatap ponselnya dari tadi. Erlangga terus tak tenang sebab ini sudah malam hari. Erlangga sejak sore hari terus menunggu panggilan telepon dari Kiren.

"Lo telepon duluan aja, Er!" kesal Deka sebab sejak tadi Erlangga terus sana duduk di pinggir ranjang sambil menatap ponsel ditangannya.

Erlangga melirik tajam Deka. "Lo balik sana!"

Dino dan Johan yang ada disana sontak tertawa. "Haha, emang enak diusir! Sana balik!" sahut Dino.

Deka berdecak kesal. "Gue juga pengennya balik cuman emak gua nggak bolehin gue masuk ke dalam rumah!"

Erlangga menggeleng pelan. "Yaudah, lo keluar aja dari kamar gue!" suruh Erlangga.

Deka menuruti perintah Erlangga. Dia segera keluar dari kamar Erlangga daripada nantinya malah diusir dan tidak dapat tempat singgah.

"Lo berdua nggak ikut keluar?" tanya Erlangga pada Dino dan Johan.

Dino menggeleng, "Gue masih betah disini."

"Kalau gue sih emang suka aja sama kamar lo!" balas Johan sambil tiduran di atas ranjang di kamar.

Erlangga menggeleng kembali.

"Er, gue boleh beli pizza nggak?" tanya Joshua, salah satu anak Geng Laskar.

"Pizza? Boleh-boleh!! Laper nih gue!" sahut Dino bersemangat.

"Ijin dulu sama yang bayar!" ucap Joshua.

Dino mendekati Erlangga, dia duduk tepat disamping Erlangga. "Er, Boleh ya kita-kita mesen Pizza hehe," pinta Dino sambil menyatukan kedua telapak tangannya di depan wajah untuk memohon agar Erlangga menyetujuinya. Sudah lama Dino tidak maka Pizza, membayangkannya saja bikin dia mengiler dan perutnya menjadi lapar. 

ERLANGGA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang