43

254 10 5
                                    

Matanya tertutup rapat selama satu Minggu hingga membuat seluruh keluarganya cemas karena lelaki itu terus saja menutup matanya setelah menjalani operasi karena kejadian buruk menimpanya. 

Erlangga Bagas, sudah satu Minggu lamanya ia terus terbaring diatas ranjang pasien dengan selang oksigen yang menempel di hidungnya dan jarum infus yang menusuk punggung tangannya. Entah sedang bermimpi apa dirinya karena Erlangga tak kunjung terbangun dari tidurnya.

Luka tusukan itu hampir saja menyentuh ginjalnya dan hampir saja Erlangga kehilangan nyawanya. 

Keluarga, Para Saudara dan Sahabatnya silih berganti menjenguknya dengan harapan matanya segera terbuka dan kembali berkomunikasi pada dunia begitupun dengan harapan seseorang yang terus-menerus menjenguk Erlangga. Kali ini ia mulai merasa lelah karena Erlangga tak kunjung terbangun juga. Seseorang itu menaruh bunga yang ia bawa ke atas meja dekat ranjang Erlangga.

Seseorang itu memakai baju seragam SMA dengan name tag bertuliskan nama panjangnya. Kiren Keysara Putri, namanya. Setiap hari, lebih tepatnya sepulang sekolah Kiren akan mengunjungi Erlangga sambil membawa bingkisan seperti bunga, buah, atau kue dengan harapan agar Erlangga dapat melihat bingkisan yang ia bawa untuknya.

Kiren duduk di pinggir ranjang, tangannya menyentuh tangan Erlangga lalu mengelus punggung tangan Erlangga dengan lembut. Menyalurkan kerinduan sambil berdoa agar Tuhan segera memerintahkan Erlangga agar membuka mata. Kiren tersenyum setelah selesai berdoa untuk kesembuhan Erlangga. Hatinya sedikit merasa lega walau belum sepenuhnya lega.

Hujan tiba-tiba turun dengan deras. Kiren memandangi air hujan yang turun itu dari balik jendela kamar. Malam ini dia ingin menginap untuk menemani Erlangga yang masih belum sadar. Ginjalnya hampir terkena tusukan dan untungnya para dokter berhasil menyelamatkan Erlangga.

"Er, hari ini aku ke Kantor polisi. Aku jadi saksi dan juga kasus penculikan dan penusukan kamu. Hari ini Bryan dan Teresa dinyatakan jadi tersangka dan dipenjara juga. Seandainya aja ada kamu, aku nggak akan kesepian tadi."

"Kalau kamu nggak bangun juga, aku pukul-pukul kamu sampai kamu bangun!!"

"Hari ini ada ujian di kelas dan semua Anak Laskar dapat nilai seratus loh! Pak Harto sampai kaget lihat nilai mereka, dia aja kaget gimana aku? Haha, kalau aja ada kamu, pasti kamu juga bakal kaget kan?" ujar Kiren menceritakan tentang Anak Laskar.

"Kata Pak Harto, kamu harus cepat sembuh biar bisa balik sekolah lagi. Dia kangen kamu, Er. Aku juga kangen, makanya kamu cepat bangun ya!"

"Ini perintah loh, aku mau kamu cepat-cepat buka mata kamu!" pinta Kiren berbicara pada Erlangga yang masih menutup matanya.

Kiren menoleh ke bunga yang ia bawa tadi lalu ia ambil dengan satu tangannya.

"Lihat nih, aku bawa bunga tulip. Kamu harus cepat-cepat buka mata biar bisa lihat bunganya, nanti bunganya aku taruh di vas biar gak cepat layu. Kalau nanti layu, aku ganti bunganya sampai seterusnya, sampai kamu bangun."

Kiren kembali meletakkan bunga yang tadi ia ambil.

"Hah!" Kiren menghela napas berat. "Er, aku ijin ke toilet sebentar ya! A-aku.."

Kiren melepaskan tangan Erlangga. Ia berdiri lalu berlari keluar kamar inap Erlangga. Kiren menyenderkan tubuhnya di depan pintu kamar. Matanya tiba-tiba berair dan memanas. Kiren sudah menahan sesak di dadanya sejak ia masuk dan melihat Erlangga. Kiren selalu menangis saat melihat Erlangga.

"Maafin aku Er!" lirih Kiren. "Kamu jadi seperti ini karena aku!"

Air mata yang ia tahan tadi akhirnya terjatuh juga bersamaan dengan isakan beserta rasa sesak. Kiren yang tadi datang dengan senyuman bersama harapan hanya bisa tertunduk di depan pintu kamar Erlangga sambil menangis mengeluarkan kesedihannya. 

ERLANGGA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang