20

350 18 5
                                    

Srekk

"Akh! Sa-sakit!"

Kiren memejamkan matanya. Rambutnya ditarik oleh Teresa. Gadis itu lagi-lagi membully Kiren. Berapa kali Kiren memohon ampun tapi tetap saja Teresa tidak mau mendengarkannya.

"Kalau lo nggak mau sakit harusnya tahu diri dong!" kesal Teresa.

"A-akh! Please, lepasin!" pinta Kiren berusaha menyingkirkan tangan Teresa yang menarik rambutnya.

Teresa memutar bola matanya. Dia langsung melepas rambut Kiren. Pergelangan tangannya sakit karena Kiren terus menarik dan memukulnya.

Brakk

Teresa mendorong Kiren hingga Kiren mundur beberapa langkah.

"Ck!"

Kiren hampir saja terjatuh ke belakang. Untung saja ada seseorang yang menahan tubuhnya sambil berdecak.

"Lo boleh pinjam cara gue sekarang!" Erlangga secara tiba-tiba datang dan berdiri di belakang Kiren.

Kiren menoleh untuk melihat Erlangga dan Erlangga menatapnya sambil tersenyum. Kiren ikut tersenyum melihat Erlangga. Penyelamatnya datang.

"Gimana caranya?"

Erlangga melirik gelas berisi air. "Guyur dia!"

Dengan mempercayakan Erlangga. Kiren mengambil gelas berisi air yang ada di atas meja didekatnya.

"Teresa!" panggil Kiren dengan nada dingin.

Kiren berdiri dari tempatnya lalu mendekati Teresa. Dan..

Byurr

Untuk pertama kalinya Kiren membalas Teresa dengan cara yang biasa di pakai Erlangga. Cara kasar tentunya. Kiren meletakkan kembali gelas yang sudah kosong lalu matanya melihat Teresa.

Seragam Teresa yang basah karena perbuatannya. Kiren tersenyum miring melihatnya begitupun Erlangga yang ikut tersenyum miringnya. Teresa merinding melihat keduanya, sama-sama menatap tajam kearahnya dan sama-sama tersenyum juga.

Teresa menghentakkan kakinya beberapa kali lalu memutar balik tubuhnya dan berlari keluar dari kantin. Padahal Teresa bisa membuat Kiren lebih menderita.

"Bagus!" puji Erlangga menepuk pundak Kiren.

Erlangga melihat wajah Kiren memerah. Sepertinya ini pertama kalinya Kiren melakukan itu. Erlangga menepuk-nepuk pundak Kiren pelan.

"Rambutnya sakit gak?" tanya Erlangga sambil membantu Kiren merapihkan rambutnya. "Ke UKS aja ya? Takutnya ada luka."

Kiren menggelengkan kepala. "Nggak perlu ke UKS, udah nggak sakit kok! Tadi di tariknya nggak terlalu kencang."

"Mau ke kelas?" tanya Erlangga memiringkan kepalanya agar Kiren dapat melihatnya.

Kiren mengangguk tanpa mengeluarkan suara apapun. Kiren merasa lega dan puas setelah berhasil membalas Teresa tapi ada kekhawatiran lain. Kiren takut pada hal tak pasti, ia takut Teresa tak diam saja setelah Kiren menyiramnya dengan air.

Erlangga memutar tubuh Kiren, membiarkan Kiren bersembunyi di dalam dekapannya. Kiren terkejut karena Erlangga memeluknya.

"Ayok kita ke kelas!" ajak Erlangga lalu melangkahkan kakinya menuntun Kiren tapi tak membiarkan Kiren melepaskan pelukannya.

Kiren terpaksa mencengkeram erat baju seragam Erlangga karena tak bisa menyesuaikan langkahnya dengan langkah Erlangga.

Erlangga memeluknya dengan satu tangannya, lalu satu tangan lainnya ia gunakan untuk menutupi wajah Kiren. Meski begitu, semua orang pasti sudah tahu bahwa itu adalah Kiren. Saat ini siapa yang tak kenal Kiren, kekasih Ketua Geng Laskar.

ERLANGGA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang