Rafabian kembali!!
Selamat membaca, semoga suka, aamiin
12. Berpijak ditempat yang seharusnya
Ilham segera kembali kelantai dua tempat dimana Pak Razak dirawat. Begitu pintu kamar terbuka, ia tersenyum tipis melihat wajah manis Rindi begitu teduh didalam tidurnya. Ilham mendekat, menepuk pelan bahu Rindi untuk membangunkannya.
Rindi yang mulai terusik perlahan membuka mata. "Ilham?"
"Iya, ini aku. Jadwal besuk udah mau habis, aku pamit pulang dulu."
2 hari dirumah sakit, Ilham selalu ada setiap saat. Dan saat jam besuk malam telah usai, ia akan pulang, tidak mungkin terus Bersama dengan Rindi didalam satu ruangan semalaman.
Rindi mengangguk, "makasih untuk hari ini."
"Sama-sama. Kalau gitu, aku pulang dulu. Kalau ada apa-apa, kamu pencet bel disisi sofa."
....
Tepat pukul 9 malam, Rafabian dan rekan kerjanya yang lain selesai menjalankan tugas. Beberapa dari mereka memilih untuk keluar rumah sakit sekedar menikmati angin malam, ada juga yang memilih masuk kedalam kamar khusus untuk sekedar melepas lelah, tentunya tidak untuk tidur.
Rafabian bersama dengan Jovan memilih keluar rumah sakit untuk mencari makan, karena sedari sore tadi keduanya tidak memiliki waktu. Kedua dokter muda itu memilih mengendarai motor menuju cafe yang melayani 24 jam yang berada tidak jauh dari rumah sakit.
Begitu selesai, Rafabian dan Jovan segera kembali, mereka memilih untuk memakan makanan mereka dirumah sakit, mengingat keduanya adalah dokter yang dipilih untuk menangani satu orang pasien yang berarti stay selama 24 jam tanpa berhenti.
"gue masuk duluan." Kata Rafabian yang diangguki Jovan.
Rafabian yang menenteng tiga plastik hitam segera naik kelantai dua. Ia membuka pintu kamar inap milik Pak Razak, mendapati Rindi tertidur lelap dengan posisi tidak nyaman diatas sofa. Rafabian berjalan masuk setelah melepas alas kakinya dan mengedarkan pandangan mencari keberadaan Ilham.
Dokter dengan rambut belah dua itu meletakkan ketiga plastik tadi keatas nakas, dan kegiatannya membuat Rindi terbangun.
"Ilham? udah pagi?" Tanya Rindi masih diposisinya.
Rafabian menoleh, "ini saya, Rafa, bukan Ilham."
Rindi segera mengubah posisinya menjadi duduk. "Bapak kenapa?" Tanyanya panik.
"Pak Razak baik-baik aja. Saya kesini bawa makanan untuk kamu dan Ilham, tapi saya rasa, Ilham sedang ada diluar."
"Ilham sudah pulang, dan saya tidak lapar." Jelas Rindi berbohong, beberapa waktu lalu ia sempat terbangun karena rasa lapar diperutnya. Tapi untuk menerima bantuan laki-laki didepannya, ia terlalu malu.
"Saya tidak tanya kamu lapar atau tidak. Saya hanya membawakan kamu makan, karena saya tahu kamu dan Ilham pasti belum makan, apalagi Pak Razak tadi baru dipindahkan, dan kalian pasti sibuk mengurusnya."
Rafabian berjongkok didepan nakas, membukanya dan mengeluarkan satu buah piring dan dua sendok untuk dirinya dan Rindi. Begitu selesai meneta makanan keatas piring, ia memberikannya pada Rindi. "Makan."
Rindi menggerakkan kepalanya kearah sumber suara lalu menggeleng, "tidak, terima kasih. Kalau dokter sudah selesai, silahkan keluar, kita tidak pantas berada dalam satu ruangan seperti ini."
"Saya tau itu, tapi diruangan ini ada CCTV, dan bahkan pintu kamar ini tidak saya tutup." Terang Rafabian. Ia tidak menyangka bahwa perempuan cantik didepannya ini sangat keras kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dokter Muda Rafabian (SELESAI)
Любовные романыMenyukai perempuan yang trauma dengan laki-laki adalah sebuah kesalahan bagi Rafabian. Tapi mau bagaimana? Ini bukan salahnya kan? Ini ia anggap sebagai tantangan. Dengan jalur langit dan dukungan semesta. "Mencintainya adalah anugrah terbesar. Da...