TIGAPULUH LIMA

6.9K 521 34
                                    

Vote dulu baru baca yaa!

Panggil 'Naa' aja yaa, biar akrab, jangan author atau thor. Syukron!


Oh, iya. Sebelumnya aku berterima kasih sama salah satu pembaca disini, kakaknya udah komen tentang apa saja dari penulisan aku yang salah. Aku benar-benar terbantu sama komenannyaa. 

Cerita part ini sudah lebih dulu aku tulis sebelum kakaknya komen, jadi mohon maaf kalau kesalahannya belum rampung diperbaiki. InsyaAllah next part aku revisi deeh.


35. MAKAM DAN BANDUNG.

Hari terus berlalu, Rindi sudah semakin menunjukkan perubahan yang signifikan. 3 bulan sudah keduanya menikah. Dibalkon kamar, Rindi mendunduk menatap bingkai foto yang sejak beberapa waktu lalu menjadi alasannya untuk tetap ada. Foto yang menampilkan suasana meriah bersama Rafabian dan Ayahnya. 

Untuk yang kesekian kali selama 10 hari belakangan, Rindi selalu saja menumpahkan air matanya setiap memandangi foto itu. Diliatnya dengan seksama, betapa wajah mereka sangat bahagia kala resepsi pernikahan dilaksanakan.

Ditengah tangisnya, sebuah tangan kekar melingkar dipinggang yang mulai berisi itu. Bersamaan sebuah kecupan mendarat dibahu Rindi. "Bapak gak suka liat kamu nangis, nanti aku aduin loh." 

Rindi, perempuan bermukenah coklat itu berbalik memeluk Rafabian, menumpahkan air matanya didalam dekapan hangat yang sayangnya rasa itu hanya bisa ia dapatkan di Rafabian. "Hikss... Aku rindu sama Bapak... Aku mau tidur dipeluk Bapak lagi, Bi" 

Rafabian mengelus lembut belakang kepala Rindi, "sudah-sudah, Bapak gak suka lihat kamu nangis terus, Rin. Kamu juga harus ingat, ada baby diperut kamu. Kamu gak boleh stres,"

Memasuki bulan kedua pernikahan, Rindi dinyatakan positif hamil dua minggu. Dan jika dihitung, saat ini usia kandungan perempuan itu sudah memasuki usia 6 minggu. "Rindi, Bapak sudah ketemu sama Ibu, pasti Bapak lagi cerita tentang kamu ke Ibu." Ungkap Rafabian berusaha menenangkan.

Rindi mengangguk.

"Kamu mandi dulu, ya? Kita mau mampir ke makan Bapak dulu baru ke Bandung."


....


Tiga hari setelah acara resepsi pernikahan mewah digelar, Pak Razak jatuh sakit. Pria paruh baya itu langsung dilarikan ke rumah sakit tempat Rafabian bekerja. Divonis penyakit jantung akut hingga mengalami koma selama 3 hari. Selama dirawat, Rindi dan Rafabian yang menjadi pendamping tetap. Ilham, Ira, Arkana, dan Alhara juga ikut andil dalam membantu mendampingi. Tapi qadarillah, Pak Razak dinyatakan meninggal dunia tepat setelah adzan subuh dihari ketiga selesai dikumandangkan.

Rindi yang menyaksikan secara langsung suaminya memberikan pertolongan pertama dengan alat sentrum jantung atau defibliator untuk mengembalikan ritme jantung sang Ayah tidak kuasa menahan tangis. Rindi yang bersandar dipojok ruangan ICU dengan berderai air mata hanya bisa menutup mulut agar tidak mengeluarkan suara. 

Beberapa dokter bergantian memberikan penanganan terhadap Pak Razak, mulai dari bergantian memberikan CPR, hingga alat kejut jantung yang tidak terhitung berapa kali berpindah tangan. Hingga puncaknya, Rafabian menghentikan gerak tangannya diatas dada sang mertua, bersamaan dengan suara nyaring dari monitor yang terdengar diseluruh ruangan.

Dokter Muda Rafabian (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang