DUAPULUH EMPAT

5.6K 504 26
                                    

Niatnya aku gak update sekarang, karena tugas aku masih numpuk. Tapi karena takut pembaca pada kecewa, aku ngebut bikin dan pikirin jalan ceritanya lagi😌

So, Enjoy for my writing🙌

Tandai typo dan semoga sukaaa!!

24. CALON MENANTU BUNDA ALHARA

Malam ini, beberapa orang sudah berkumpul dibandara untuk sekedar mengantarkan Arkana dan puteranya, Rafabian.

Mayra, Alenia, Refan, Alhara, Abimanyu dan si cantik Rindi. Keenam orang itu sengaja menyempatkan diri untuk menemani kepergian dua orang penting yang sebentar lagi akan berangkat ke negeri jiran.

Tidak, lebih tepatnya lima orang, karena satu orang lain tidak memiliki niat sama sekali tapi dipaksa oleh Alhara. Dia adalah Rindi, perempuan pendiam itu menolak mentah-mentah ajakan Alhara untuk pergi, tapi karena nasihat ayahnya, ia akhirnya menerima ajakan calon mertuanya untuk ikut.

"Kita pergi dulu." Arkana mendekati sang istri, memeluknya erat lalu mengecup kedua pipi dan dahi Alhara.

"Kalian hati-hati, Abang jangan kecapean." Peringatnya pada sang anak.

"InsyaAllah."

Rafabian tersenyum saat mendapati Rindi yang masih saja diam menunduk diatas kursi rodanya, "saya pergi dulu." Katanya berdiri didepan Rindi.

Rindi mengangguk, "Pak dokter hati-hati."

"Iya."

"Ayok, Bang. Nanti ketinggalan." Kata Arkana yang diangguki Rafabian.

"Jangan lupa berdoa, biar traumanya perlahan hilang," Rafabian mengelus lembut pucuk kepala Rindi, membuat sang empu tiba-tiba mendongak, "saya pergi dulu, assalamualaikum."

"Waalaikumussalam."

Begitu Arkana dan Rafabian menjauh, mereka segera menaiki mobil. Abimanyu yang bertugas menyetir dengan Alhara dan Rindi sebagai penumpang, sedangkan di mobil lain, Refan yang menjadi supir untuk kedua adiknya.

"Belum terlalu malam, kita mampir ke restoran dulu ya, A'." Ujar Alhara pada Abimanyu.

"Tapi, Tan," Baru saja Rindi ingin menolak, tapi tangan Alhara segera menggenggam jemarinya.

"Tidak apa-apa, sayang." Niatnya, Alhara ingin mendekatkan diri dengan sang calon menantu, tapi setelah melihat raut wajah perempuan muda disampingnya, Alhara jadi tidak enak hati, "Yaudah, kita langsung pulang."

"Gak jadi, tante?" Alhara hanya menggeleng menjawab pertanyaan dari Abimanyu.

...

"Kalau gitu, Tante pulang dulu ya, Rin."

"Iya, Tante. Makasih sudah antar sampai depan rumah."

"Tante yang berterima kasih sama kamu karena sudah mau bareng kita tadi."

"Iya, Tante. Sama-sama."

Alhara menatap Pak Razak sejenak lalu menunduk sopan, "Saya pulang dulu, Pak. Maaf sudah merepotkan,"

"Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam," Balas Rindi dan Pak Razak serempak. Setelahnya, perempuan setengah baya dengan pakaian serba hitam dan niqob itu melangkah menjauh.

Kursi roda Rindi didorong masuk kedalam rumah, "bagaimana tadi, Nak?"

"Apanya, Pak?"

"Kalian jalan kemana? Pasti seru, ya?"

"Tadi kita cuma ke bandara antar Pak dokter sama Om Arkana, Pak."

Tiba dikamar Rindi, segera Pak Razak membantu puterinya untuk naik keatas kasur. "Hanya ke bandara?"

Dokter Muda Rafabian (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang