20. Harus melupakan.
"Hanya ada dua kesempatan untuk setiap cinta, dipaksa melupakan atau dibiarkan semakin indah."
Pintu utama terbuka, menampilkan Rafabian yang sedang berbaring tak nyaman diatas sofa sembari memeluk dirinya sendiri.
"Assalamualaikum," salam dari Refan dan Mayra yang langsung melangkah mendekati sang Abang.
"Abang."
Rafabian mengerjabkan matanya, "hm?"
"Kita pulang ke rumah Ayah, ya?" Refan terlihat mengangguki ucapan Mayra.
"Kalian bawa mobil?"
"Iya, Bang. Sini, Refan bantu." Refan segera mendekati dokter muda itu lalu merangkulnya disebelah kanan. Membantunya berjalan hingga masuk kedalam mobil.
Mayra yang sedari tadi berjalan dibelakang hanya bisa mengikuti langkah keduanya. Tak lupa mengunci pintu utama dan pagar rumah Abangnya.
...
Didalam kamar berukuran kecil, Rindi masih termenung dengan kejadian tadi. Dimana secara tidak langsung Rafabian melamarnya. Tapi bagaimana bisa laki-laki itu mencintainya? Dirinya adalah perempuan lumpuh, lantas apa yang menarik dan membuat laki-laki itu jatuh cinta?
"Rindi, makanannya sudah habis?"
Rindi terlonjak kaget kala suara bariton langsung terdengar, "ha? Ah, belum, Pak." Jawabnya sedikit berteriak. Karena terlalu buru-buru, Rindi yang niat awal ingin meraba letak piring makanannya justru berakhir jatuh dan pecah.
Prang!
"Ba-Bapak!" Teriak Rindi sedikit takut. Entah kenapa akhir-akhir ini ia akan selalu takut saat melakukan kesalahan yang tidak disengaja, ia terus saja berpikiran bahwa hukuman atas kesalahannya akan segera ia dapatkan.
Pak Razak yang ada didalam dapur langsung berlari menuju kamar putri semata wayangnya, "astagfirullah, kenapa, Rin?" Pria paruh baya itu segera berjongkok disekitar beling, mengumpulkannya menjadi satu.
"Rin-Rindi gak sengaja, Pak." Lirih perempuan dengan rambut tergerai indah itu.
Pak Razak segera membersihkan pecahan piring yang masih menyatu dengan makanan putrinya. Begitu selesai, ia mendekati sang anak yang masih terlihat bergetar takut.
"Kenapa? Ini Bapak, Rin. Bapak gak akan hukum kamu."
Didalam dekapan sang ayah, Rindi berusaha tenang, apa jika ia menerima lamaran Rafabian dan dia berbuat kesalahan apa akan diberi hukuman? Apakah cinta akan tetap sama diorang yang berbeda?
"Tidak ada yang mau hukum kamu, Nak." Pak Razak terus menenangkan Rindi yang mulai sedikit membaik. Pikiran perempuan itu seketika kosong kala ia mendekapnya.
"Rindi?" Panggil Pak Razak saat merasakan tak ada jawaban.
"Pak, kalau Rindi nikah, apa Rindi akan disakiti lagi? Apa Rindi akan dibunuh lagi?"
Pak Razak yang sedikit terkejut dengan racauan sang putri memilih melepas dekapannya, ia memundurkan Rindi agar bisa menatap matanya dengan dalam, "kenapa tanya begitu?"
"Dokter Rafabian akan tetap baik, Pak?"
"Atau Pak dokter tetap sama kayak Pan-"
"Huust! Dokter Rafa itu orang baik, Nak."
"Tapi mereka sama-sama dokter, Pak."
"Dokter Rafa itu jauh lebih baik. Dia laki-laki yang bertanggung jawab. Kenapa kamu tanya begitu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dokter Muda Rafabian (SELESAI)
RomanceMenyukai perempuan yang trauma dengan laki-laki adalah sebuah kesalahan bagi Rafabian. Tapi mau bagaimana? Ini bukan salahnya kan? Ini ia anggap sebagai tantangan. Dengan jalur langit dan dukungan semesta. "Mencintainya adalah anugrah terbesar. Da...