Tandai typo!
Untuk tadi yang sempat baca, harap dilanjutin yaaaa....
36. DUNIA DINDA.
"Minum dulu, Rin.." Sebuah gelas berisi air putih diberikan oleh Bibi Arin untuk Rindi.
Rindi yang masih sedikit gemetar menerima gelas itu lalu meminum airnya hingga tandas. "Terima kasih, Bi."
"Maaf kalau Bibi bertanya, tapi kalian sudah menikah?"
Rafabian mengangguk, "Sudah, Bi. Tiga bulan lalu."
Bibi Arin mengangguk paham. Wanita paruh baya yang notabenenya adalah kakak kandung dari Pak Razak itu diam beberapa saat sembari menatap Rindi yang mulai membaik. "kaki Rindi sudah sembuh, nak?"
"Alhamdulillah, Bi. Rindi sudah bisa berjalan." Jawab Rindi sedikit terbata.
"Tapi kenapa... Bukannya, Rindi belum sembuh sepenuhnya dari trauma?" Wajar saja Bibi Arin bertanya seperti itu. Karena terakhir kali Bi Arin berkomunikasi dengan Pak Razak 10 bulan lalu beliau mendapatkan kabar bahwa trauma yang dialami Rindi akan membutuhkan waktu yang jauh lebih lama untuk sembuh.
Rindi menatap mata Rafabian seolah memberikan kesempatan menjawab pertanyaan dari Bi Arin, "Beberapa bulan lalu, Rindi sudah bisa berkomunikasi dengan laki-laki, Bi. Tapi pikirannya masih memikirkan bahwa semua laki-laki itu akan menghancurkan hidupnya lagi."
Bi Arin mendengarkan dengan baik, tidak sekalipun berniat untuk memotong.
"Dengan beberapa dorongan dari Bapak, Rindi mau menerima saya menjadi suaminya. Ya walaupun Rindi masih sedikit ragu untuk mendekat setelahnya. Dua minggu lebih saya dan adik saya yang kebetulan seorang dokter psikiater membantu Rindi untuk sembuh."
"Mulai dari terapi hypnotis, pendekatan bertahap, sampai dimana Rindi berteriak mengeluarkan amarahnya. Sudah beberapa kali juga kami berdua meninggalkan Rindi ditaman rumah sakit sendirian untuk menguji ketakutannya. Dalam satu hari, Rindi bisa tidak sadarkan diri sebanyak 3 kali hanya karena ketakutannya yang berlebihan." Jelas Rafabian panjang lebar.
Pandangan Bi Arin jatuh pada perempuan disamping Rafabian, "Lalu?"
"Seminggu setelahnya, saya mengutus 10 orang laki-laki yang merupakan teman saya sendiri. Dibawah pengawasan dokter, Rindi duduk di taman yang sama sambil mendengarkan banyak suara laki-laki disekitarnya. Dia berhasil, berhasil melawan rasa takutnya."
"Sampai dimana tahap pendekatan dengan keluarga Rafabian, Rindi sempat teriak karena tidak mau ada pertemuan itu, tapi mereka baik-baik. Mereka mampu menjadikan Rindi merasa aman. Begitu juga dengan Rafa, setiap malam saat di rumah sakit, Rindi tidak bisa tidur karena takut dia berbuat yang tidak-tidak. Tapi ternyata salah, Rafa justru pegang tangan aku sambil ngaji." Celutuk Rindi meneruskan.
Selama Rindi berucap, Rafabian tersenyum kecil.
"Sejak saat itu, Rindi selalu melawan rasa takut Rindi sendiri untuk lepas dari trauma. Dan sampai sekarang persentase kesembuhan hanya 75%." Kembali Rindi menjelaskan.
"Tapi kenapa tadi kamu masih takut?" Tanya Bi Arin.
Rindi menggeleng, "Ini pertama kalinya aku datang kembali, Bi. Tempat dimana aku mendapatkan trauma ini. Di pikiran aku, Andra akan datang lalu narik aku pergi." Rindi menutup matanya, menghirup udara dengan rakus untuk mengembalikan ritme jantungnya.
Rafabian yang tahu Rindi akan kembali kambuh, segera menyatukan jemarinya dengan sang istri.
"Kita datang ke sini untuk mengikuti tahap penyembuhan yang terakhir, Bi. Mungkin Bibi bisa bantu kita." Ujar Rafabian yang langsung disetujui oleh Bi Arin,
![](https://img.wattpad.com/cover/312822841-288-k357512.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dokter Muda Rafabian (SELESAI)
RomanceMenyukai perempuan yang trauma dengan laki-laki adalah sebuah kesalahan bagi Rafabian. Tapi mau bagaimana? Ini bukan salahnya kan? Ini ia anggap sebagai tantangan. Dengan jalur langit dan dukungan semesta. "Mencintainya adalah anugrah terbesar. Da...