DELAPANBELAS

5.5K 454 25
                                    

Ajak teman kalian untuk mampir dicerita ini, banyakin vote dan komennya.

Jangan lupa follow akun Author!

18. Jangan jatuh cinta lagi.

Tok!

Tok!

Tok!

"Siapa?" Tanya Rafabian sedikit keras dari dalam kamar agar suaranya jelas terdengar sampai kedepan pintu.

"Ini Bunda, Bang. Bunda bisa masuk?"

Rafabian yang tadinya sibuk dengan laptopnya beranjak dari atas ranjang, melangkah menuju pintu kamar lalu membukanya, "maaf, Bunda. Rafa kira tadi adek yang mau masuk."

Alhara, perempuan dengan daster ungu dan kerudung besarnya itu tersenyum saat melihat penampilan putra sulungnya yang masih menggunakan baju kokoh serta laptop yang ada ditangan kirinya. "Kamu sibuk? Yaudah, kamu selesaikan dulu--"

"Rafa gak sibuk, Bun." Potong Rafabian.

"Bener?"

Rafabian yang ingin lebih fokus pada Bundanya memilih untuk menyimpan filenya terlebih dahulu lalu menutup laptonya. "Selesai, Bunda mau ngomong apa? Kita masuk dulu didalam."

Alhara geleng-geleng kepala, benar-benar sifat anaknya itu sangat mirip dengan ayahnya. Ibu dan anak itu berjalan masuk kedalam kamar tanpa menutup pintu, keduanya duduk disisi ranjang berukuran besar milik Rafabian.

"Bunda sebelumnya minta maaf sama kamu, karena mungkin pertanyaan Bunda ini terlalu pribadi." Kata Alhara memulai percakapan.

Rafabian mengerutkan keningnya mendengar ucapan sang Bunda, "Bunda memangnya mau tanya apa?"

"Kamu udah punya pacar?"

"Pacaran gak baik, Bunda. Astagfirullah."

Alhara tersenyum, "siapa tau kamu khilaf."

Rafabian menggeleng tak habis pikir, "Bunda sebenarnya mau tanya apa?"

"Bunda tanya sama Abang, kamu gak mau nikah?"

Sungguh, bahkan Rafabian tidak berkedip kala pertanyaan itu diberikan kepadanya secara tiba-tiba. "Jangan bilang Bunda sama Abi mau jodohin Abang? Wallahi, Bun. Abang tolak permintaan kalian."

Alhara menggenggam lengan anaknya, menatap lekat mata Rafabian yang sangat mirip dengan manik mata suaminya. Manik mata yang hitam legam itu jelas memancarkan kekecewaan, "Bunda gak akan jodohin kamu, tapi kita tidak tau keputusan Abi kamu. Kamu ingat tidak, waktu pak RT dating kerumah malam itu?" Anggukan Alhara terima

"Pak RT menyampaikan niat baik melamar kamu untuk anaknya, Farida jatuh cinta sama kamu, dan dia curhat ke ayahnya, makanya Pak RT datang kesini."

"Tapi Rafa gak punya rasa apa-apa ke dia, Bun."

"Bunda juga dulu gak punya rasa apa-apa sama Abi kamu, tapi sekarang, Bunda bahkan lebih cinta sama Abi daripada Abi jatuh cinta ke Bunda."

Rafabian berdiri dari duduknya, "itu beda. Bunda itu perempuan, hatinya lebih mudah luluh dibandingkan laki-laki. Dan Rafa yakin, Abi juga tahu itu."

"Atau kamu punya perempuan yang kamu suka?"

"Jujur. Rafa punya Bunda, dia pasien Rafa."

Alhara berdiri dari duduknya, berjalan menuju sang putra yang berdiri di dekat jendela kamarnya menatap jalan yang penuh dengan lampu jalan didepan sana, "Siapa?" Tanyanya penasaran.

"Rafa belum bisa cerita itu sekarang."

****

Dokter muda dengan rambut belah dua khasnya berjalan dengan gagah menuju ruang pribadi milik salah satu Professor besar di rumah sakit tempatnya mengabdi. Begitu tiba di lantai dua, ia segera mengetuk pintu ruangan itu, begitu dipersilahkan, ia melangkah masuk.

Dokter Muda Rafabian (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang